Page 376 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 376
”Bagaimana, Saudara? Apakah Saudara mau bersama-sama
dengan saya katakan ’Tidak!’ pada koruptor?” Yang pidato di
atas podium sedang membakar massanya, bertanya lantang.
”Tidak!” Dua ribu peserta konvensi berteriak dengan me-
ngepalkan tinju ke udara.
”Bagaimana, Saudara? Apakah Saudara mau bersama-sama
dengan saya, sekali lagi katakan ’Tidak!’ pada koruptor, serta
menyuap, menyogok, dan perbuatan hina lainnya?”
”Tidak!” Sekali lagi dua ribu peserta konvensi mengepalkan
tinju ke udara.
Aku mengeluarkan puh, mengabaikan ingar-bingar konvensi,
termasuk mengabaikan Rudi yang geleng-geleng menatap ke
dalam auditorium. Kepalaku sedang berpikir, sia-sia semua
urusan jika aku gagal bertemu putra mahkota. Menekan phone
book, aku harus segera menelepon Kadek. Tiga jam aku tidak
tahu kabar mereka, jangan-jangan sudah terjadi hal buruk seperti
jadwal pertemuanku yang berantakan.
Teleponku lebih dulu bergetar sebelum aku menekan nama
Kadek. Julia meneleponku.
”Kau di mana, Thomas?” Julia langsung bertanya dengan nada
cemas.
Aku mengeluh dalam hati, sepertinya semua orang selalu ber-
tanya hal itu padaku sekarang. Aku menjawab pendek, ”Di
Denpasar.”
”Oh, kau sudah bertemu dengannya?”
”Belum. Sedang diusahakan.”
”Aku baru saja mengirimkan e-mail penting, Thom. Kau harus
membacanya.”
”Iya, akan aku lihat.”
374
Isi-Negeri Bedebah.indd 374 7/5/2012 9:51:14 AM