Page 403 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 403
”Baiklah, apakah Kokoh bisa menyerahkan seluruh sertifikat ru-
mah dan tanah? Dengan menunjukkan itu pada massa di luar,
menjanjikan mereka akan dibayar dengan menjual harta keluarga
kalian, mereka mungkin bisa dibubarkan,” Wusdi berkata arif.
”Juga surat-menyurat perusahaan, gudang-gudang, kapal. Biarkan
kami yang pegang, dengan itu akan terlihat iktikad baik keluarga
kalian menyelesaikan masalah. Aku bisa membujuk jaksa kepala
untuk membatalkan tuntutan. Menghilangkan bukti-bukti,” Tunga
ikut berkata bijak.
Papa dan Opa saling tatap sejenak. Mama sambil terisak ber-
usaha bangkit dari jatuhnya.
Lima menit, semua berkas itu sudah masuk ke dalam tas-tas
Wusdi dan Tunga.
”Sekarang biarkan kami mengurus mereka.” Wusdi berdiri, me-
nyalami Papa.
Tunga tersenyum mantap. ”Kalian tidak perlu ke mana-mana.
Semua masalah sudah selesai.”
Mereka melangkah ke halaman rumah. Teriakan-teriakan marah
terdengar dari pintu yang setengah terbuka. Sudah hampir dua ra-
tus massa memenuhi halaman.
Aku sungguh sudah jauh sekali dari rumah. Mulai menurunkan
satu per satu botol susu pesanan tetangga. Menyapa mereka sambil
berlari-lari kecil.
”Lapor, Komandan, apa perlu kami memberikan tembakan peri-
ngatan untuk membubarkan massa?” Salah satu sersan mendekati
Wusdi dan Tunga.
”Tidak perlu. Perintahkan seluruh anak buahmu kembali ke
markas,” Wusdi menjawab santai.
401
Isi-Negeri Bedebah.indd 401 7/5/2012 9:51:15 AM