Page 408 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 408
”
ALO, Thomas. Akhirnya kau tiba juga.”
X-2, kode untuk petinggi polisi itu, menyapaku, seperti sese-
orang yang sedang menunggu teman baik di sebuah kafe, atau
seperti teman lama yang semringah bertemu tidak sengaja. Beda-
nya, sepucuk pistol dengan peredam suara teracung di tangannya.
Dia bangkit dari duduk menyambutku.
”Aku pikir kau baru datang satu-dua jam lagi, Kawan.”
”Dia bukan Kawan, Wusdi. Dia pernah menipu kita.” Rekan
dekatnya, salah satu jaksa senior, orang kuat di kejaksaan
menyahut, bersedekap, berdiri mengawasi kursi panjang di kabin
tengah, tempat Opa, Om Liem, dan Maggie dengan tangan ter-
ikat, mulut tersumpal, dipaksa duduk berdempetan.
”Menipu?” Wusdi menoleh pada rekannya. ”Dia anak muda
yang jujur, Tunga.”
”Jujur apa? Di mobil taktis, saat kaupaksa mengaku, dia ber-
teriak, bilang bahwa dirinya hanya konsultan keuangan profesio-
406
Isi-Negeri Bedebah.indd 406 7/5/2012 9:51:15 AM