Page 412 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 412
lambat menyadari situasinya. Bukankah sejak di rumah per-
istirahatan Opa, penyerbuan di dermaga Sunda Kelapa, posisiku
di kantor, pergerakanku ke Bali, tidak ada yang tahu kecuali
Ram?
Ram yang selalu bertanya di mana aku. Ram yang selalu ingin
tahu di mana Om Liem. Ekspresi wajahnya saat rapat pemilik
rekening kakap. Jika aku sedikit curiga, urusan ini tidak akan
telanjur rumit. Laporan dua lembar yang dikirimkan Julia hanya
menjelaskan duduk persoalannya. Itu dokumen rahasia tentang
kepemilikan akhir sebuah perusahaan, ultimate shareholder. Su-
dah menjadi praktik umum, kepemilikan saham sebuah perusaha-
an dibuat berlapis-lapis seperti kulit bawang melalui anak-anak
perusahaan secara bertingkat. Banyak alasannya, mulai dari meng-
hindari pajak, regulasi, atau sekadar pemiliknya enggan diketahui
publik. Dokumen yang dikirimkan Julia menyebutkan empat
dari sepuluh debitur Bank Semesta, peminjam paling besar, ada-
lah perusahaan yang dimiliki Tuan Shinpei. Keempat perusahaan
debitur yang dimiliki Tuan Shinpei, empat perusahaan yang ter-
daftar di Cayman Islands serta negara-negara pelindung lainnya,
mendudukkan Ram sebagai salah satu pemilik minoritasnya.
Tentu saja urusan ini jadi terang benderang. Tuan Shinpei
adalah orang di atas dunia ini yang paling menginginkan Bank
Semesta pailit—sejak enam tahun lalu. Dengan pailit, utang-
utang empat perusahaannya, yang terdaftar atas nama orang lain
di pencatatan Bank Semesta, akan hangus—panjang sekali urus-
annya jika itu akan diurus. Pailitnya Bank Semesta juga me-
nyeret belasan perusahaan milik Opa dan Om Liem. Bisnis
properti, perdagangan, dan transportasi, akan runtuh satu per
satu. Maka Tuan Shinpei bisa membelinya dengan harga obral.
410
Isi-Negeri Bedebah.indd 410 7/5/2012 9:51:15 AM