Page 414 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 414
jaksa muda yang haus kekuasaan serta kekayaan. Membujuk
Ram yang ambisius sebagai kaki tangan orang dalam.
Aku menatap sudut layar televisi. Layar televisi ukuran besar
itu sedang melaporkan breaking news, langsung dari lobi gedung
komite. Kadek setengah jalan menuju sofa.
”Kalian menginginkan Bank Semesta hancur, bukan?” Aku
tertawa pelan. ”Tuan Shinpei menjanjikan banyak hal pada
kalian jika bank itu bangkrut, bukan? Ram dengan persen ter-
tentu kepemilikan saham. Kalian, aparat pemerintah, upah
setoran besar karena membantu penyelidikan atas Bank Semesta.
Tentu saja kalian mengambil inisiatif, semangat sekali membantu
Tuan Shinpei.
”Kalian telah gagal, Kawan. Gagal total.” Aku tertawa, me-
natap wajah-wajah mereka.
Wusdi dan Tunga menatapku, tidak mengerti.
Aku tertawa semakin bahak, menatap wajah-wajah bingung
mereka.
”Lihatlah, komite ternyata memutuskan menyelamatkan Bank
Semesta.” Aku menunjuk layar televisi, kembali menatap Ram.
”Baca jelas-jelas headline-nya, Ram. Bank Semesta ditalangi! Bail
out. Nah, mungkin sekarang kita perlu mengeraskan volume
televisi untuk mendengar pidato Ibu Menteri secara langsung.”
Wusdi dan Tunga menoleh ke layar televisi. Ram gugup mem-
baca cepat headline yang tertulis di bawah layar televisi: Breaking
News: Indonesian government decided to rescue Bank Semesta.
Aku masih tertawa panjang. Seluruh pion yang kuletakkan di
atas papan catur selama dua hari terakhir telah bekerja. Pukul
06.00, dua jam lagi perkantoran dan perbankan dibuka. Telepon
412
Isi-Negeri Bedebah.indd 412 7/5/2012 9:51:15 AM