Page 419 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 419
akan mengembalikan reputasi serta nama baik Rudi, bisa me-
nangkap kembali buronan besar.
Dua orang berseragam polisi Singapura melepaskan ikatan
Opa.
”Kau akan menyesal, Thomas,” Wusdi berbisik dengan suara
bergetar karena marah. ”Aku akan membuat seluruh polisi mem-
buru kalian, menghabisi siapa saja.”
”Diam, Bedebah! Tidak ada yang menyuruhmu bicara!” Aku
menarik tangannya lebih dalam.
Wusdi mengeluh kesakitan.
Ikatan Opa sudah terlepas. Dia berdiri dengan wajah me-
ringis.
”Bergegas, Opa!” aku meneriakinya.
Dengan kaki sedikit pincang, kesakitan—sisa pukulan dari
petugas sebelumnya—Opa bergerak melintasi kabin.
”Ayo, Opa. Tinggalkan kapal!” Aku tidak sabaran, situasi
belum terkendali jika Opa belum berada di luar yacht, menyusul
Om Liem dan Maggie.
Sial! Saat persis melintasiku, kaki pincang Opa tersandung
ujung meja. Dia berseru pelan, wajahnya meringis. Bagi anggota
klub petarung, refleks selalu memberikan perlindungan sekaligus
serangan terbaik. Tapi dalam situasi ini, refleks membuatku le-
ngah. Aku refleks hendak meraih tubuh Opa yang jatuh, mem-
buat Wusdi lepas dari telikungan, dan dia dengan cepat meman-
faatkan situasi.
Tangan Wusdi yang bebas menyikut perutku. Aku melenguh.
Tinjunya menyusul, menghantam daguku. Meski perutnya sudah
buncit, gerakannya sudah lambat, dia tetap perwira kepolisian
417
Isi-Negeri Bedebah.indd 417 7/5/2012 9:51:15 AM