Page 110 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 110

Sebenarnya  perasaan  Jo  sudah  jauh  membaik  sejak  melihat  Vin  melambai  tangan,

               masuk ke dalam kafe. Tapi mau dibilang apa, lihatlah, terpisah satu meja, di seberang
               sana,  pria  idaman  satu  gedung,  Erik  Tarore,  si  tampan,  gebetan  Jo,  sedang  duduk

               menikmati minumannya, dan yang membuat hati Jo tiba-tiba kesal, si tampan itu satu

               jam  lalu  ditemani  oleh  tiga,  empat  gadis  cantik  nan  ramping,  yang  cuih,  berebut
               perhatian.  Dasar  norak.  Tidak  bisakah  mereka  sedikit  terhormat  sepertinya?  Yang

               bahkan ketika satu lift saja dengan si tampan itu, jantung berdetak lebih kencang, susah

               bernafas, menahan malu.


               “Jo,  hallo,  kau  mendengarkanku  atau  tidak  sih?  Aku  harus  kembali  ke  kantor.”  Vin

               memegang lengan Jo yang melamun, menatap seberang meja.


               “Iya.” Jo menjawab pendek.


               “Ini sudah hampir jam sembilan, kau harus segera pulang. Aku panggilkan taksi ya.”



               “Iya. Terserah.”


               Vin mencubit lengan Jo.


               “Sakit tahu.” Jo melotot.


               Vin  tertawa  kecil,  “Ingat  loh,  Jo,  mau  sesakit  apapun  rasanya  dihina  orang  lain,  mau

               sesebal, sebenci apapun, Jo tidak pernah sendirian. Aku akan selalu menjadi teman baik.

               Aku akan selalu bersedia mendengarkan. Deal?”


               Kali  ini,  demi  kalimat  Vin  barusan,  Jo  sedikit  mengangkat  wajahnya,  balas  menatap
               wajah Vin yang tirus, jerawatan, rambut keriting jingkrak di hadapannya. Jo menelan

               ludah, sungguh di mata Jo sekarang, wajah Vin lebih cantik dari siapapun, wajah yang

               baik, dan akan selalu baik, “Terima kasih, Vin”
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115