Page 106 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 106

Si  gendut  menelan  ludah,  hatinya  sebal  sekali,  sementara  semua  penumpang

               memperhatikan mereka. Dia berusaha tidak menanggapi, tapi tiga teman sekolahnya ini
               sengaja benar memancing.



               “Nggak dobel kali, say.” Teman si ramping jahat menahan tawa.


               “Nggak dobel?” Si jahat pura-pura bloon.


               “Nggak, tapi lima kali lipat.”



               Mereka bertiga tertawa.


               Si gendut menghela nafas, tersenyum, “Sebenarnya ya, tapi saya minta maaf harus bilang

               ini.  Kalau  ongkos  naik  angkot  disesuaikan  dengan  berat  badan  penumpangnya,  maka
               orang-orang yang kurus kering kayak kalianlah yang rugi. Tidak ada sopir angkot yang

               mau menaikkan kalian, karena bayarnya terlalu murah, berisik pula.”


               Langit-langit  angkot  lengang.  Tawa  tiga  cewek  ramping  jahat  itu  tersumpal.  Sedetik

               kemudian,  penumpang  lain  dan  sopir  angkot  bertepuk  tangan.  Keren.  Membuat  tiga
               cewek jahat itu terpaksa menahan malu buru-buru turun.



                                                           ***
               Vin tertawa lebar saat selesai menceritakan kembali anekdot lama itu, “Ayolah, Jo, lucu

               sekali bukan?”


               Jo  hanya  mengaduk  milkshake  di  hadapannya.  Bibirnya  tidak  menyungging  bahkan

               sesenti senyum. Bagi Jo anekdot itu sama sekali tidak lucu. Lagipula dia sudah sering
               mendengarnya.



               Demi  melihat  Jo  yang  tetap  memasang  wajah  masam,  tawa  Vin  terhenti,  digantikan
               helaan nafas, “Nggak asyik loh, Jo, kalau sepanjang malam kamu cuma diam, memasang

               wajah kesal seperti ini.”
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111