Page 104 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 104

”Verdomme!”  J.P.  Coen  menendang  kasar  pemimpin  orang  berkedok  jang  tersungkur

               terkena  tembakan  di  peroet  dalam  pertempuran  singkat  djarak  pendek  baroesan,
               ”Kalian  orang-orang  priboemi  pikir  kompeni  terlaloe  bodoh  oentoek  di  tipoe,  hah?

               Kalian pikir kalian soedah pintar? Kalau bangsa kalian pintar, tidak akan pernah bisa

               dijajah siapapoen ratoesan tahoen.”
               J.P. Coen menyaroengkan pistol di pinggang, menatap hina pemimpin orang berkedok

               jang merangkak beroesaha menggapai toeboeh Itje, ”Koewe orang haroes tahoe, sedjak

               kedjadian  tiga  tahoen  laloe,  akoe  bersoempah  tidak  pernah  benar-benar  meminoem
               anggoer  di  djamoean  manapoen.  Joega  serdadoe  pengawal,  mereka  tidak  diidjinkan

               menjentoeh minoeman itoe lagi.”

               Doea  belas  orang  berkedok  soedah  berhasil  diloempoehkan.  Golok  besar  mereka
               tergeletak di lantai.

               ”Boenoeh mereka semoea.” J.P. Coen meneriaki kapitennja, ”Besok pagi-pagi, gantoeng

               toeboeh mereka di depan markas kompeni, biar ditonton ramai inlander pemberontak
               lainnja.”

               Kang Djalil soedah berhasil menjentuh djemari tangan Itje.

               ”Bantoe  Meneer  dan  Mevrouw  jang  masih  selamat,  segera  tjari  obat  penangkal
               ratjunnya  djika  masih  sempat.  Dan  siapkan  atjara  pengoeboeran  boeat  Meneer  Van

               Houten, Njonja Rose, dan jang lainnja, mereka berhak memperoleh penghormatan jang
               lajak. Oemoemkan VOC berkaboeng selama seminggoe.” J.P. Coen meneriaki kapitennja

               jang lain lagi, sambil melangkah meninggalkan roeangan jang rebah jimpah.

               ”Siapkan  kereta  koedakoe.”  Poenggoeng  J.P.  Coen  hilang  dibalik  pintu,  menyoesoel
               derap  kaki  koeda  meninggalkan  halaman  roemah.  Sedjarah  mentjatat,  itoe  oentoek

               kesekian kalinja governor kompeni lolos dari oesaha pemboenoehan.

               ”Maafkan Itje, Kang.” Itje jang sekarat berbisik pelan.
               Pemimpin orang berkedok tersengal.

               “Itje  mentjintai  Kang  Djalil.  Selaloe.”  Itje  menatap  sorot  mata  jang  terbungkus  kedok
               hitam di depannja.

                                                           ***
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109