Page 99 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 99

gang betjek nan  bau, oeroesan sombong menjombong dan saling  merendahkan sama

               bentoeknja, hanja beda kelasnja.
               Poekoel  toedjoeh  koerang  lima,  terdengar  soeara  terompet  dari  loear.  Nyonya  Rose

               langsoeng  berseroe  riang,  gerakan  tangannja  jang  sedang  menjdelaskan  salah-satu

               koleksi  tembikarnya  terhenti,  tamoe  paling  penting  telah  tiba.  Joega  Meneer  Van
               Houten, dia menganggoek takjim, minta idjin keloear menjamboet langsoeng tamoe jang

               paling akhir tiba.

               Kereta koeda paling bagoes di Batavia saat itoe merapat di depan beranda, katjoeng-
               katjoeng demi melihat siapa jang datang, lebih terboengkoek lagi memboekakan pintoe.

               Dan ditimpa cahaja lampoe, toeroenlah itoe governoer djenderal kompeni, wadjahnya

               terlihat gagah, koemisnja melintang, badannja tinggi besar, dengan pakaian governornja
               jang khas itoe, tidak loepa satoe pistol di pinggang, dan satoe pedang pandjang dalam

               sangkoer di sisi lainnja.

               “Welkom, Meneer Coen.” Meneer Van Houten berseroe menjamboet.
               Mereka berdjabat tangan kokoh satoe sama lain, tersenyoem satoe sama lain.

               “Goede avond, Mevrouw Rose.” J.P. Coen pindah menjapa.

               “Dit  is  een  grote  eer,  Meneer  Coen.”  Nyonya  Rose  seperti  soesah  bernafas  karena
               perasaan senang.

               “Seseonggoehnja,  saja  jang  merasa  terhomat,  Mevrouw  Rose.”  J.P.  Coen,  tentoe  sadja,
               walaupoen dia doeloe  sebenarnja adalah serdadoe karir, terkenal  kedjam dan dingin,

               lebih dari pandai berlakoe sebagai lajaknya bangsawan.

               Mereka bertiga melangkah memasoeki roemah, di bawah tatapan tamoe-tamoe penting
               lainnja jang ikoet menoejoe roeang makan malam.

               “Saja doea minggoe laloe baroe tiba dari Amsterdam, Mevrouw Rose.”

               “Oh ya?”
               “Ada salam ketjil dari Ratoe Isabella.”

               “Soenggoeh?”
               Dinjatakan di depan tamoe terhormat lain, kabar itu hampir sadja memboeat Nyonya

               Rose loncat matjam anak ketjil.

               “Beliau  bertanja  pendek,  Mevrouw  Rose,  well,  kita  tahoe,  Ratoe  siboek,  banjak
               pertikaian  politik  di  Eropa,  tapi  tetap  sadja  itoe  seboeah  pertanjaan  penting.  Akoe

               djawab,  itoe  keloearga  Van  Houten  tidak  bisa  lebih  makmoer  lagi  dari  sekarang  di
   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104