Page 101 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 101

“Well, akhirnja penoeteop makan malam kita tiba.” Nyonya Rose berdiri, menjambut Itje

               jang  melangkah  masoek,  “Meneer  dan  Mevrouw,  ini  anggoer  terbaik  pilihan  koki,
               langsung dibawa dengan wadah tersegel dari Malaka.”

               Tamoe oendangan berseroe antoesias.

               “Kamoe  urang  mahu  kertja  atau  tidak,  hah?” Nyonya  Rose  berbisik  galak  kepada  Itje
               jang lewat di depan koersinja membagikan gelas-gelas berisi anggoer.

               Itje menelan loedah, tertoendoek.

               ”Bergegas  sana.”  Nyonya  Rose  soedah  menoleh  ke  tamoe-tamoe,  memasang  senjoem
               paling anggoen, mengangkat gelasnja, ”Silahkan diambil, Meneer, Mevrouw.”

               Itje hampir menjelesaikan membagikan seloeroeh gelas.

               ”Mari kita bersoelang, ontoek Ratu Isabella, makmoer dan pandjang oemoer.” Nyonya
               Rose mengangkat gelasnja.

               Meneer  Van  Houten  joega  mengangkat  gelasnja,  ”Oentoek  pemerintahan  Hindia

               Belanda, semoga selaloe makmoer.”
               J.P.  Coen  tertawa,  ikoet  mengangkat  gelasnya  pendek  sadja,  ”Oentoek  toean  roemah,

               semoga joega makmoer dan pandjang oemoer.”

               Tamoe-tamoe bersulang.
               Itje membeku di dekat medja besar. Hanja soal detik sadja sekarang. Hanja soal waktoe

               sadja. Ratjun jang sama, meski berbeda djenis anggoernja, joega sedang diminoem oleh
               serdadoe dan tjenteng di loear sana.

               Itje mendesah, gentar menatap sekitar, Kang Djalil, di mana Akang sekarang?


                                                           ***

               Satoe menit tiga poeloeh detik sedjak minoeman beratjun itoe memasoeki peroet, satoe

               tamoe djamoean makan malam moelai bertoembangan.
               Atjara jang sedjak tadi dipenoehi dengan tawa dan seroean kegembiraan dengan tjepat

               beroebah mendjadi katjau balau. Awalnja hanja bingoeng kenapa teman sebelah koersi
               mendadak  terjekat  memegangi  leher  dan  peroet,  berseroe-seroe  minta  tolong,

               kemoedian toeboehnja semapoet, djatuh dari koersi. Beloem sempat membantoe itoe

               rekan  sedjawat,  tiba-tiba  kerongkongan  sendiri  ikoet  panas  membara,  peroet  seperti
               diadoek-adoek, gemetar, berseroe panik, tidak mengerti apa jang terdjadi, dan sebeloem

               menjadarinya, soedah ikoet melingsoet djatuh ke lantai.
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106