Page 34 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 34

kesenangan  itu abadi, itu tipu. Semua tidak hakiki. Adalah cinta Sie yang sejati, cinta

               wanita  yang  dia  sia-siakan,  wanita  yang  dia  aniaya  bertahun-tahun.  Malam-malam
               rehabilitasi itu menjadi saksi saat cinta Wong Lan tumbuh mekar, cinta seorang pemuda

               Taiwan yang terlambat lima belas tahun. Benar-benar terlambat. Tapi tak mengapa, itu

               tetap berakhir bahagia, tidak mengurangi nilainya.”


               Pak Tua terdiam lama. Menghela nafas panjang, menatap jalanan depan restoran yang

               lengang. Pelayan sudah bersiap merapikan meja-meja. Tidak ada lagi pengunjung selain
               kami.



               “Itulah cinta sederhana amoy Singkawang. Cerita hebat yang tidak diketahui sopir sok-
               tahu tadi siang. Tidak semua amoy yang pergi ke Taiwan bersama seseorang yang baru

               dikenalnya  sehari  dua  hari  bernasib  buruk.  Hidup  adalah  perjuangan,  bukan?

               Kebahagiaan harus direngkuh dengan banyak pengorbanan. Sie Sie telah membuktikan
               janjinya.”



               Andi benar-benar menyeka mata, tidak peduli aku meliriknya.


               Pak Tua tersenyum, “Kalian pasti bertanya, lantas apa hubunganku atas kisah ini? Aku
               ada  di  konsulat  Taiwan  itu  saat  Sie  mengungsi.  Akulah  yang  berseru,  gila!  Menilai

               kalimat  Sie  berlebihan  dan  tidak  masuk  akal.  Ah,  itu  masa-masa  saat  orang-tua  ini

               melakukan perjalanan  ke  mana-mana, melihat  banyak hal, belajar banyak hal. Lantas
               kenapa  kita  malam  ini  ada  di  Singkawang?  Karena  besok,  Sie  dan  Wong  Lam  akan

               menikahkan salah-satu si kembar di kota ini. Aku turut diundang. Si kembar berjodoh

               dengan  amoy  Singkawang  saat  berkunjung  ke  sini  beberapa  tahun  lalu.  Tentu,
               pernikahan  itu bukan ‘pernikahan  foto’. Mereka  jatuh cinta  pada pandangan pertama

               saat  bertemu  di  Pekong  Surga-Neraka.  Nah,  besok  juga  adalah  pertama  kali  Sie  Sie
               pulang ke Singkawang. Besok, dia akan bilang ke pusara Ibunya, janji itu telah dipenuhi,

               dia  bisa  memaksa  perasaan  itu  tumbuh  di  hatinya  dan  di  hati  suaminya.  Janji  hebat

               seorang  gadis  yang  baru  berusia  enam  belas  tahun.  Ah,  bisa  apa  dia?  Dia  bisa
               membuktikannya.”



                                                           ***
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39