Page 31 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 31

dokumen bisa disiapkan, paspor pengganti, paspor untuk anak-anaknya. Sie menolak

               mentah-mentah,  menggeleng  tegas,  dia  sambil  menahan  air-mata  tumpah  bilang
               tentang  janji  hebat  itu.  Dia  akan  mencintai  suaminya  apa-adanya,  dan  dia  akan

               memaksa  perasaan  yang  sama  muncul  di  hati  suaminya.  Itu  gila!  Itu  benar-benar

               kalimat  paling  gila  tentang  cinta  yang  pernah  kudengar.”  Pak  Tua  menggeleng-
               gelengkan kepala, mengusap uban.



               Aku dan Andi ikut mengusap kepala.


               “Siapa Wong Lan sekarang? Tidak lebih seorang laki-laki berusia empat puluhan, tidak

               punya  pekerjaan, pemabuk, penjudi  dan ratusan  tabiat  buruk lainnya. Kalau dulu Sie
               bertahan,  masuk  akal,  dia  membutuhkan  wesel  bulanan  ke  Singkawang  agar  adik-

               adiknya bisa makan, bisa sekolah. Sekarang, bahkan untuk membeli popok si kembar,

               itu hasil keringat Sie Sie sendiri. Aku tidak bisa mempercayai Sie yang menahan tangis,
               tersendat, kedat, bilang, ‘Aku mencintai  suamiku sejak pertama  kali  naik bus menuju

               Pontianak.  Dan  aku  akan  terus  mencintai  dia  hingga  mati.’  Lantas  menciumi  bayi

               kembarnya, mati-matian menahan tangis karena dulu dia pernah bersumpah tidak akan
               menangis lagi.


               “Tiga bulan menumpang di konsulat, Sie Sie mengontrak rumah kecil. Setelah bertahun-

               tahun  berusaha,  keahliannya  menjahit  pelan-pelan  dikenal  banyak  orang.  Bisnisnya

               mulai  berkembang.  Boleh  jadi  itu  rezeki  dari  bayi-bayinya.  Boleh  jadi  itu  buah
               keteguhan hati Sie Sie. Boleh jadi, tidak ada yang tahu. Bertahun-tahun berlalu, hingga

               anak-anaknya  mulai  sekolah,  bisnis  Sie  Sie  tumbuh  besar,  belasan  mesin  jahit

               berdatangan, pekerja tumbuh jadi puluhan.


               “Di mana Wong Lan? Tidak ada yang tahu. Dia menghilang lepas menjual rumah besar
               milik keluarganya, gelap beritanya, sosoknya raib ketika si kembar lahir, meninggalkan

               begitu  saja  istri  dan  empat  anaknya.  Lantas  apa  yang  dilakukan  Sie  atas  kepergian

               suaminya?  Setelah  seharian  sibuk  mengurus  anak-anak  dan  bisnis  jahit  menjahit,
               setelah si kembar tidur lelap, Sie mulai melahap semua berita di koran, menandai iklan

               mencari orang, bertanya kesana kemari, mengunjungi kantor polisi, mengunjungi pub-

               pub, tempat hura-hura, Sie menghabiskan malam untuk mencari suaminya. Dia lakukan
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36