Page 29 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 29

“Situasi memburuk saat pernikahan memasuki tahun ketiga, bukan karena memang di

               tahun-tahun  itu  rasa  bosan,  masalah,  salah-paham  lazim  muncul  bagi  kebanyakan
               pasangan, tapi karena pabrik tekstil kecil Wong Lan terkena imbas krisis harga minyak

               tahun 80-an, ekonomi Taiwan mengalami kemunduran. Dan situasi diperburuk dengan

               kenyataan  Wong  Lan  tidak  becus  mengurus  pabriknya.  Dia  lebih  suka  keluyuran
               dibanding  mengawasi  pekerja,  lebih  suka  berkumpul  dengan  teman-temannya

               dibanding  kolega  bisnis,  lebih  suka  bersenang-senang  dibanding  memikirkan  strategi

               dagang  yang  baik.  Aliran  uang  mulai  tersendat,  hutang  menumpuk,  tabiat  Wong  Lan
               yang suka marah-marah dan memukul kambuh. Siapa lagi yang bisa dicaci dan dipukul

               seenak perutnya? Sie Sie.


               “Usia gadis itu dua puluh ketika masa-masa siksaan fisik datang. Pagi ditampar, siang

               dijambak,  malam  ditendang.  Dan  situasi  terus  memburuk  dari  hari  ke  hari.  Teman-

               teman  dekat  Wong  Lan  pergi,  tak  ada  uang,  tak  ada  kesenangan,  semua  menjauh
               darinya. Pekerja pabrik macam kartu remi dirobohkan, satu persatu berhenti, termasuk

               orang-orang  kepercayaan  orang  tua  Wong  Lan  dulu,  pembantu  di  rumah,  hanya  soal

               waktu minta berhenti, tidak tahan dengan marah-marah sepanjang hari. Hanya tersisa
               Sie  Sie  sebagai  sansak,  pelampiasan  seluruh  tabiat  buruk  suaminya  sendiri.  Siang-

               malam Sie tersiksa lahir-batin, macam di terowongan gelap tanpa titik terang. Bangun
               pagi hanya untuk menjemput hari menyedihkan berikutnya. Sementara pabrik tekstil

               Wong Lan mati segan hidup tak mau, mereka bertahan hidup dari sisa harta benda.


               “Dua tahun masa kelam, datang kabar besar, Sie Sie hamil. Dia mengandung buah cinta,

               kalau memang ada cinta di pernikahan itu. Seharusnya itu kabar baik. Jauh langit jauh

               bumi,  Wong  Lan  malah  menuduh  Sie  dihamili  orang  lain,  memukuli  istrinya  yang
               sedang hamil muda. Itu situasi darurat, tidak mungkin Sie membiarkan kandungannya

               dalam bahaya, dia akhirnya memutuskan mengungsi, ditampung oleh keluarga konsulat
               Indonesia. Kasus itu menarik perhatian polisi lokal Taiwan, penyidikan dilakukan, Wong

               Lan ditahan. Hampir enam bulan dia masuk penjara, lihatlah, tidak seharipun Sie alpa

               mengunjunginya,  membawakan  rantang  makanan  kesukaan,  memasang  wajah  riang
               bertanya apa kabar. Dan apa balasan Wong Lan? Acuh tak acuh, menatap benci Sie Sie,

               mengutuknya sebagai penyebab bala bagi seluruh keluarga, membuat pabrik bangkrut,

               “Dasar wanita pembawa sial.” Tidak sehari pun dengusan seperti itu alpa diterima Sie.
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34