Page 26 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 26

Sie  Sie  memeluk  erat  Ibunya,  ‘Sie  janji,  Ma.  Pernikahan  ini  akan  bahagia.  Sie  akan

               mencintai dia apa adanya. Sie janji Ma, dia juga akan mencintai Sie apa-adanya.’


               Aku dan Andi tercenung, bersitatap satu sama lain.


               Tentu  saja  Pak  Tua  tidak  meng-adegankan  kejadian  itu  dalam  ceritanya,  tidak  bilang

               seperti apa dialognya, tapi kami bisa membayangkan betapa menyakitkan kejadian itu.

               Mengingatkanku  pada  keputusan  almarhum  Bapak  mendonorkan  jantungnya  dulu,
               ketika  aku  mengamuk  di  lorong  rumah-sakit.  Itu  sama  menyakitkan,  bedanya  aku

               menolak pengorbanan Bapak, Sie Sie justeru memilih mengorbankan dirinya.

               “Andi, Borno, itulah janji suci yang diucapkan seorang amoy yang masih berusia enam
               belas tahun. Dia berjanji, akan mencintai apa-adanya suaminya yang datang dari antah

               berantah. Dan dia juga berjanji, akan membuat suaminya mencintainya apa-adanya. Sie

               Sie berjanji akan memaksa perasaan itu tumbuh mekar di pernikahan mereka.” Pak Tua
               menengadahkan kepala, menatap langit-langit restoran, “Ah, cinta, selalu saja misterius.

               Bisa apa seorang gadis tanggung enam belas tahun di negeri orang? Menikah dengan

               seseorang yang bertabiat buruk dan sejak awal sudah benci pernikahan  itu. Bisa apa
               dia?”


                                                           ***



               Dan waktu berjalan cepat.


               “Wong Lan membawa Sie Sie ke Taiwan esok paginya, lebih cepat lebih baik. Kepergian

               yang menyedihkan, karena tidak seperti pengantin baru yang dilepas dengan perasaan
               suka-cita, doa-doa dan pengharapan, tidak ada satu pun kerabat yang mengantar Sie ke

               terminal bus menuju Pontianak, kemudian menumpang pesawat ke Jakarta, transit di
               Singapura lantas Taiwan.



               Sie Sie bahkan tidak sempat pamit pada Bapaknya, menyedihkan.


               “Dia sudah berdiri di depan pintu ruang bezuk, kakinya gemetar, matanya basah, dan

               saat sipir penjara berteriak memanggil, “Siapa yang bernama Sie Sie? Bapak Han sudah
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31