Page 22 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 22

menyembuhkan.  Semua  beban  itu  jatuh  pada  Sie  Sie,  selain  mengurus  enam  adik-

               adiknya,  dia  juga  harus  merawat  Ibunya,  ditambah  pula  harus  bekerja  hingga  larut
               malam  menyelesaikan  pesanan  baju  yang  bayarannya  tidak  seberapa.  Tidak

               terbayangkan, gadis usia enam belas memikul beban fisik dan pikiran sebanyak itu. Dan

               situasi semakin rumit saat Bapak mereka dipecat dari pabrik tahu, ketahuan mencuri
               brankas uang—tidak tahan dengan kesulitan yang ada, Bapak mereka mengambil jalan

               pintas.”


               Pak Tua berhenti sejenak, meneguk teh aroma melati di atas meja.



               Andi menatap gelas teh tidak sabaran.


               “Di  tengah  situasi  kacau-balau,  Han  mereka  masuk  bui,  sakit  istrinya  tambah  parah,

               harus segera dibawa ke rumah sakit, Sie Sie mendengar kabar ada pemuda Taiwan yang
               datang ke Singkawang mencari istri. Sie tentu sering mendengar percakapan, bisik-bisik

               tetangga  tentang ‘nikah foto’. Dua  orang teman  dekatnya, setahun silam  juga  dipaksa

               orang-tua  mereka  menikah  dengan  lelaki  dari  Hongkong.  Sie  Sie  sendiri  yang
               menyaksikan dua temannya itu menangis hingga kering air-mata, Sie Sie sendiri yang

               memeluk,  menghibur,  melakukan  apa  saja  untuk  dua  temannya  yang  tidak  punya
               kekuatan menolak. Sie benci dengan pernikahan itu, sebenci dia dengan kemiskinan dan

               kebodohan yang menjerat mereka.


               “Sayangnya,  kebencian  yang  besar  terkadang  tidak  cukup  untuk  melawan  sesuatu.

               Malam  itu,  Ibu  Sie  jatuh  pingsan,  tubuh  membiru,  dengus  nafas  mulai  habis.  Bapak

               mereka yang masih di penjara tidak membantu. Sie Sie sendirian, dengan menumpang
               oplet, susah payah membawa Ibunya ke rumah sakit, pihak rumah sakit menolak Ibunya

               tanpa jaminan pembayaran. Sie terjepit. Di tengah situasi darurat itu, di tengah kalut
               pikiran, tidak ada tetangga, kerabat atau sahabat yang membantu, Sie Sie memutuskan

               mengambil pilihan yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya, pilihan yang amat dia

               benci, dia bersedia menjadi istri belian.


               “Berangkatlah Sie Sie ke hotel itu, tempat pemuda dari Taiwan mencari istri. Sudah ada

               lima amoy pendaftar di lorong hotel, berbisik-bisik. Pemuda Taiwan itu ditemani salah-
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27