Page 23 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 23

satu karyawan hotel melakukan seleksi—sepertinya karyawan hotel itu sudah terbiasa

               dengan proses mencari amoy. Ke sanalah Sie Sie pergi, mendaftar menjadi calon istri
               belian.”



               Pak Tua berhenti sejenak, memainkan sumpit, menghela nafas.


               Aku dan Andi ikut menghela nafas. Sementara malam semakin larut, restoran tempat

               kami  menghabiskan  choi  pan  tinggal  berisi  satu-dua  pengunjung.  Pelayan  restoran
               terlihat asyik mengobrol dengan bahasa China.



               “Nama pemuda Taiwan itu adalah Wong Lan, anak semata wayang dari keluarga kaya.
               Keluarga mereka punya pabrik tekstil, hidup makmur, berkecukupan. Sejak usia Wong

               Lan  menginjak  kepala  tiga,  Bapak  Ibunya  sudah  sibuk  mengingatkan  agar  dia  segera

               menikah, mencari gadis pilihan, membina keluarga sendiri. Sayangnya, sejak usia tiga
               belas, kelakuan Wong Lan jauh bumi jauh langit dari harapan orang tuanya. Dia malas

               sekolah,  lebih  suka  keluyuran,  merokok,  minuman  keras,  berjudi,  berteman  dengan

               orang-orang salah. Tabiatnya buruk, suka berteriak, dan kadang memukul pembantu di
               rumah. Bapak Ibunya berharap, kalau Wong Lan akhirnya menikah, maka perangainya

               akan sedikit berubah. Maka tidak terhitung anak gadis kenalan, kolega bisnis, tetangga
               yang  diajak  ke  rumah,  berkenalan  dengan  Wong  Lan,  sia-sia,  anak  semata  wayang

               mereka lebih suka hidup bebas.


               “Saat  usia  Wong  Lan  tiga  puluh  lima,  orang  tuanya  meninggal  dalam  kecelakaan

               pesawat terbang di atas Laut China Selatan. Dari jasad yang tidak pernah ditemukan,

               orang  tua  Wong  Lan  mewariskan  pabrik  tekstil  dan  semua  harta  benda  pada  anak
               semata  wayang  mereka.  Dan  karena  besar  sekali  harapan  serta  keyakinan  Ibunya

               bahwa Wong Lan akan berubah setelah punya istri dan anak, maka surat warisan yang
               dipegang  pengacara  keluarga  mensyaratkan  dia  harus  telah  menikah  untuk

               memperoleh  semua  harta-benda.  Isi  wasiat  itulah  yang  membuat  kapiran  semua

               masalah, Wong Lan cerdas, tidak hilang akal, dia tahu tentang amoy Singkawang, maka
               berangkatlah dia mencari istri yang bisa dibeli, yang tidak banyak tingkah.
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28