Page 58 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 58

Lawa dan Kusa menggenggam tangan satu sama lain. Lawa dan Kusa sambil menyeka
               air mata, bersumpah membalas perlakuan Ayahnya terhadap Ibu mereka. Dua anak itu,

               baru dua belas tahun, tapi mereka mewarisi darah ksatria terbaik jaman itu, darah Ayah

               yang  amat  mereka  benci.  Dan  mereka  memiliki  busur  Dewa  Brahma,  yang  walaupun
               diciptakan  oleh  dewa  penjaga  ketertiban,  berubah  seratus  delapan  puluh  derajat

               merusaknya saat digunakan dengan kebencian.


               Hari itu juga, bagai puting beliung Lawa dan Kusa berangkat meninggalkan padepokan

               tanpa diketahui oleh siapapun. Mereka menyerbu satu demi satu kota kerajaan Kosala.

               Mereka menghukum semuanya, menghancur leburkan kerajaan Kosala bagai dua anak
               yang  sedang  meremas  sedikit  demi  sedikit  sebuah  kue  besar.  Benteng  pertahanan

               kerajaan  Kosala  berjatuhan,  keributan  besar  terdengar  hingga  ibukota  Ayodya.  Dua

               anak  kembar  itu  mengamuk.  Tidak  ada  yang  menyangka  kerusakan  sebesar  itu  bisa
               dilakukan oleh mereka.



               Demi mendengar terbetik kabar peperangan besar di perbatasan kerajaan, tanpa tahu
               siapa si kembar itu, Rama memutuskan mengirim pasukan besar dipimpin Hanoman.

               Sia-sia, Lawa dan Kusa bukan tandingan Hanoman. Mereka berdua melepas satu anak
               panah yang seketika terpecah belah menjadi jutaan anak panah, bagai hujan deras turun

               dari  langit  menerpa  pasukan  Hanoman,  tidak  terbayangkan,  panglima  perang  bangsa

               Rawana dikalahkan begitu muda oleh dua anak berusia dua belas tahun.


               Rama  berseru  marah.  Itu  sungguh  kabar  paling  gila  yang  didengarnya.  Dia

               memerintahkan  seluruh  pasukan  kerajaan  Kosala  berkumpul  di  ibukota  Ayodya,
               bersiap menerima serbuan dua anak kembar itu.


               Kecamuk besar kerajaan Kosala akhirnya tiba di padepokan yang tertutup dari kabar

               luar. Shinta yang bahkan tidak menyadari dua anaknya pergi, masih berkutat dengan

               kesedihan  menunggu  suaminya,  berseru  panik  saat  Resi  Walmiki  membawa  kabar
               buruk itu. Oh Ibu, anakku, anak-anakku Lawa dan Kusa, apa yang telah mereka lakukan?

               Kerusakan apa yang telah mereka perbuat? Seberapa besar kebencian itu?
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63