Page 61 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 61

“Dia Ayah kalian, Nak.”


               “Tidak!” Lawa membentak, meski bentakan itu diarahkan ke depan, ke arah Rama yang

               sedang menuruni anak tangga, berusaha mendekat.


               “Dia bukan Ayah kami.” Kusa tidak kalah membentak galak, menunjuk Rama, “Dia bukan

               siapa-siapa kami.”


               “Jangan, Nak. Demi Ibumu, hentikan semuanya.” Shinta menangis, memohon, suaranya

               semakin  serak,  masih  berusaha  memeluk  anak-anaknya  yang  terus  membentangkan

               busur.


               “Kami akan membalaskan sakit hati Ibu. Kami akan menghukum seluruh Ayodya.”

               “Shinta,  Shinta  istriku.”  Rama  sudah  dekat  dengan  Shinta  yang  akhirnya  berhasil
               memeluk anak-anaknya.



               Langkah Rama tertahan, menatap tidak mengerti, “Siapa mereka istriku? Siapa dua anak
               kecil ini? Kenapa kau malah memeluknya?”


               Shinta menangis, mendongak, menatap wajah orang yang dia cintai selama ini, wajah

               suaminya.  Shinta  tergugu.  Duhai,  jika  situasinya  berbeda,  sudah  sejak  tadi  dia  loncat

               memeluk Rama, kerinduan itu sungguh tidak tertahan.


               “Siapa mereka, Shinta?” Rama bertanya lagi, dia juga sama, jikalau situasinya berbeda,

               sudah sejak tadi juga dia akan memeluk Shinta, kerinduan pada istrinya sungguh tidak
               tertahan dua belas tahun terakhir.


               “Dia  anak-anakmu,  Paduka  Raja.”  Resi  Walmiki  yang  menjawab,  loncat  dari  kudanya

               yang baru tiba.

               “Anak-anakku?” Rama berseru tertahan.


               Dan lebih tidak tertahan lagi seruan rakyat Ayodya. Berbisik-bisik bagai dengung lebah

               memenuhi langit-langit halaman istana. Dua kembar perusak ini anak Rama yang gagah
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66