Page 65 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 65

Aku  tersenyum  sambil  mengelus  rambut  hitam  legam  Cindanita,  yang  tidak  sabaran,

               menunggu kelanjutan cerita. Akan Ayah selesaikan ceritanya, Nak. Aku mengangguk.


               Kau tahu, Nak, hari itu, siang itu, Rama berdiri gagah, menarik busur pusakanya, hadiah

               Dewa  Siwa.  Sejuta  guntur  menggelegar,  langit  kelam,  "Wahai  ibu  pertiwi,  keluarkan
               Shintaku, atau kululuh lantakkan tubuhmu."



               Alam  mencicit.  Busur  itu  menyebar  aroma  kedahsyatan  tiada  tara.  Bukankah  pernah
               Ayah  bilang,  Nak,  busur  itu  bisa  membelah  bumi  bagai  tangan  orang  dewasa

               merekahkan  sebutir  jeruk  matang.  Hari itu, Rama  menarik  busur  pusakanya.  Bersiap

               menukar kesedihan, penyesalannya dengan binasanya seluruh dunia.


               Sayangnya,  Rama  tidak  pernah  tahu,  sebagaimana  busur  Dewa  Brahma  yang

               menyimpan  rahasia,  busur  Dewa  Siwa  juga  menyimpan  rahasia.  Kecil  saja,  busur  itu
               sejatinya milik Shinta, dan hanya bisa ditarik oleh orang yang diinginkan Shinta. Itulah

               kenapa  dulu  Rama  memenangkan  sayembara  itu.  Karena  Shinta  mencintainya,  dan

               menginginkannya menjadi suaminya. Dengan busur itulah Rama mampu mengalahkan
               Rahwana,  membuat  kerajaan  Kosala  disegani  seluruh  daratan  India,  karena  Shinta

               menginginkannya.


               Shinta  telah ditelan  bumi. Tidak ada  lagi yang merestui busur itu, tarikan Rama  atas

               busur mengendur, dan dengan wajah bingung tidak mengerti, bahkan sekarang busur
               itu sama sekali tidak bisa diangkat olehnya, jatuh berdebam di tanah, membuat debu

               berterbangan. Rama ikut jatuh terduduk, mengais-ngais tempat rekahan yang baru saja

               menelan  tubuh  istrinya.  Rama  berseru-seru,  memanggil,  memohon.  Dia  sungguh
               menyesal. Dia sungguh ingin minta maaf. Tetapi semua sudah terlambat.


               Kejadian siang itu akan dikenang banyak orang.



               Beberapa  minggu  kemudian,  Rama  meninggalkan  tahta  Ayodya,  dia  memutuskan
               menyusul adiknya Laksmana menjadi pertapa. Lawa dan Kusa yang menyaksikan kalau

               Ibunya  tetap  mencintai  Rama  hingga  detik  terakhir,  berhasil  dibujuk  Resi  Walmiki

               kembali  ke  padepokan. Mereka  tetap membenci  Ayahnya, tapi  mereka menghentikan
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70