Page 68 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 68

4.  Buat Apa Disesali








               Kisah  ini  sudah  tertinggal  dua  puluh  tahun  lebih,  maka  ibarat  seseorang  yang
               ketinggalan kereta, bukan cuma kilau lampu dan getar rel yg telah hilang di tikungan

               sana,  bahkan  gerbongnya  sj  sudah  karatan  dan  dipensiunkan,  lokomotifnya  mungkin

               masih beroperasi, tapi sudah tersengal karena tua. Cerita ini sudah menguap dua puluh
               tahun  lebih,  maka  ibarat  embun  menggelayut  malas  di  dedaunan,  jangan-jangan

               rerumputan itu sudah menjadi hutan, tidak tersisa lagi kenangannya. Tapi tak mengapa,

               boleh jadi cerita ini bermanfaat. Toh, kalian biasanya suka dgn kisah cinta klasik seperti
               ini. Yang walaupun saking klasiknya, berkali-kali terjadi di sekitar kita.


               Kisah  ini  dari  mbak  kita,  panggil  saja  namanya  Hesty,  48  tahun,  tinggal  di  Menteng,

               salah  satu  kawasan  elit  di  Jakarta--klasik  kan.  Dia  8  tahun  terakhir,  selalu  menangis

               dalam  diam  saat  mendengar  lagu  "Selamat  Jalan"-Rita  Effendy,  apalagi  ketika  malam
               tiba, Jakarta dikepung rinai gerimis, berdiri di teras, menatap kilat cahaya lampu, semua

               kenangan  itu  kembali.  Apa  coba  salah  itu  lagu?  Apa  coba  dosa  Rite  Effendy,  sampai

               lagunya  dijadikan  'lagu nasional'  kesedihan dari Mbak Hesty, tidak panjang kata  lagi,
               baiklah, berikut kisahnya.



               Hesty dan Tigor lahir di hari yg sama, tahun 1960, masa-masa Soekarno dan bangsa ini
               ribut tentang jargon nasakom. Mereka lahir nyaris di waktu yg juga hampir bersamaan;

               bedanya, Hesty dilahirkan di RS Cipto dibantu dokter-dokter yg hebat, sementara Tigor

               dilahirkan di kampung dibantu dukun beranak sekitaran Cikini.


               Mereka juga tinggal satu rumah, satu atap. Bedanya, Hesty tinggal di lantai dua dengan

               kamar  besar,  bertirai  sutera,  berlantai  parquet  jati.  Sedangkan  Tigor  tinggal  di  sudut
               paling pojok rumah itu di kamar sempit, sekamar dengan Emak dan Bapaknya. Mereka

               tumbuh  bersama,  bersisian,  dan  berbagi  banyak  hal  yg  sama.  Bedanya  Hesty  adalah
               anak  ke-5  dari  5  bersaudara  keluarga  pejabat  pemerintah  pemilik  rumah  besar

               dibilangan Menteng tersebut; sementara Tigor anak pertama dan satu-satunya dari Bibi

               (tukang cuci) dan Mamang (tukan kebun) rumah tersebut.
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73