Page 69 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 69

Klasik sekali, bukan?


               Sejak  kecil  mereka  dekat.  Tidak  ada  yg  tahu  kenapa  mereka  begitu  kompak,  begitu

               melengkapi dan boleh jadi terlihat cocok satu sama lain. Di mana ada Tigor, maka Hesty,
               gadis kecil dgn rambut ikal, mata hitam  bundar, dan wajah menggemaskan itu selalu

               ada.  Dan  sebaliknya,  di  mana  ada  Hesty,  maka  Tigor,  bocah  kecil  dgn  rambut

               berantakan,  kulit  rada-rada  hitam,  dan  wajah  selalu  tertawa  itu  selalu  ada.  Namanya
               juga  anak-anak.  Belum  ada  yg  keberatan  dgn  fakta  kedekatan  mereka.  Papa  Hesty

               memang sering marah-marah setiap kali tahu cerita kalau Hesty lagi-lagi bandel mandi

               di  sungai  ciliwung  bersama  Tigor--jaman  itu  aliran  air  Ciliwung  masih  sedikit
               manusiawi. Atau ketahuan main layang-layang jauh sekali di lapangan banteng. Berjalan

               kaki pulang sekolah (padahal ada jemputan). Melempari pohon mangga di perempatan

               Senen. Tapi saat itu, tentu saja Papa Hesty hanya marah atas kenakalan Tigor dan Hesty.
               Mereka masih anak-anak.



               Bibi  dan  Mamang  setiap  malam  mengingatkan  Tigor  soal  "nona  muda"  jangan  diajak
               main  yg  aneh-aneh.  Tigor  selalu  menurut,  mengangguk.  Tapi  mau  bagaimana?  Nona

               muda  Hesty  sendiri  yang  justru  sambil  nyengir  berteriak  di  luar  kamar  sempit  itu.
               "Tigoorrr! Main yuk!" mengajak Tigor bersepeda sepanjang hari, lantas melakukan hal-

               hal  seru  di  kampung-kampung  Jakarta--blusukan.  Sepanjang  sejarah  kanak-kanak

               mereka,  hanya  dua  kali  Papa  Tigor  benar-benar  marah  soal  kebersamaan  mereka;
               pertama  ketika  Hesty  dan  Tigor  pulang  kemalaman  bersepeda  (sebenarnya  mereka

               sering  kemalaman);  tapi  kali  ini  beda,  itu  persis  tanggal  30  september  saat  umur

               mereka 6 tahun. Hesty imut-nya cuma menyahut seruan ayah-nya dgn: "Pa, aman2 saja
               kok, Hesty tadi malah lihat banyak tank, ya kan Tigor?" Papa semakin marah, "Aduh,

               kita nggak kenapa-napa kok, Pa. Tentara itu mau perang ya, Pa?" Hesty dihukum tidak
               boleh  keluar  selama  tiga  hari.  Sedangkan  di  kamar  sempit,  Tigor  dihukum  Bibi  (ibu

               Tigor) tidur di kursi luar selama seminggu, bersama nyamuk, kena tampias hujan. Itu

               hukuman yang boleh jadi masuk akal, karena Jakarta sedang genting-gentingnya karena
               pemberontakan PKI, mereka berdua malah asyik beranjangsana.
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74