Page 60 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 60

Duhai, siapakah dua anak kembar ini? Apa yang mereka inginkan? Dendam kesumat apa

               yang  hendak  mereka  balaskan  ke  seluruh  Ayodya?  Rakyat  bersitatap  satu  sama  lain,
               perasaan takut tetap dikalahkan oleh tabiat bisik-bisik ingin tahu mereka.

               Rama  berdiri  dari  singgasananya.  Menyiapkan  busur  dan  anak  panah  miliknya.

               Pertempuran  besar  ini  tidak  bisa  dielakkan,  musuh  tidak  memberikan  kesempatan
               negosiasi,  dua  anak  kecil  di  halaman  istana  justeru  datang  dengan  senjata  teracung

               sempurna.


               Pertempuran besar itu hanya soal waktu terjadi.



               Ketegangan menyelimuti kota Ayodya.


               “Hentikan!!” Suara teriakan perempuan terdengar dari gerbang kota.

               “Hentikan!  Aku  mohon.”  Shinta  berseru  tersengal,  kudanya  menerobos  rakyat  yang
               menonton. Wajah-wajah tertoleh. Siapa lagi yang datang? Bukankah itu?



               Bisik-bisik menjalar bagai api memakan rumput kering.


               “Shinta? Kaukah itu?” Rama balas berseru demi melihat perempuan yang loncat turun
               dari kuda di halaman istana, lantas berusaha memeluk Lawa dan Kusa.



               Demi  melihatnya,  Rama  bergegas  menurunkan  busur,  berlari  menuruni  anak  tangga.
               Shinta, kaukah itu? Jantung Rama berdetak kencang oleh perasaan bahagia. Dia sungguh

               rindu pada istrinya.


               “Lepaskan  kami  Ibu!”  Sementara  di  halaman  istana,  Lawa  dan  Kusa  berteriak,

               menghindari pelukan Ibunya.


               “Jangan, Nak. Sungguh jangan.” Shinta berseru serak, masih berusaha memeluk anak-

               anaknya.


               “Lepaskan kami Ibu!”
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65