Page 57 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 57

Sepuluh  tahun  berlalu,  Rama  tidak  pernah  kunjung  berhasil  memadamkan  api
               kecurigaan,  prasangka  buruk  pada  istrinya  sendiri,  dan  itu  semakin  rusak  oleh

               mudahnya dia percaya bisik-bisik kotor orang di sekitarnya. Apakah Rama tahu ini hari

               penghabisan masa pembuangan Shinta? Dia bahkan setiap saat menghitung hari, tidak
               sabaran. Apakah Rama masih rindu kepada istrinya? Dia bahkan setiap saat menyebut

               nama  istrinya.  Tetapi  resah,  curiga,  menghapus  itu  semua.  Sia-sia  Shinta  menunggu

               suaminya  datang,  bagai  menunggu  nasi  tanak  menjadi  matang  tanpa  api  di  bawah
               periuknya.



               Satu  hari  berlalu.  Satu  minggu.  Satu  bulan,  bahkan  sekarang  satu  tahun  lebih,  Shinta
               mulai menatap putus asa gerbang perkampungan. Tubuhnya kurus kering, dia menolak

               makan. Wajahnya pucat, dan rambutnya mulai rontok  oleh kesedihan. Kecantikan itu

               masih bersisa banyak, tapi pengharapan yang tak kunjung berujung menghabisi banyak
               hal.



               Penghuni  padepokan  juga  ikut  sedih  menyaksikan  Shinta  yang  terus  menunggu.  Dua
               anak kembarnya yang setahun terakhir terus bertanya-tanya kenapa, ada apa gerangan

               Ibunya terlihat sedih berkepanjangan, juga ikut sedih. Dan kapiran urusan, persis usia
               mereka  menginjak  dua  belas  tahun,  Lawa  dan  Kusa  menemukan  catatan  milik  Resi

               Walmiki, syair tentang Rama dan Shinta, kisah awal Ramayana.


               Dua anak kembar itu tahu.



               Dua  anak  kembar  itu  tahu,  Cindanita.  Aduh,  kapiran  urusan.  Kau  tahu  rahasia  besar
               yang paling mengerikan dari pusaka busur Dewa Brahma milik si kembar: kebencian.

               Busur  itu  akan  berlipat-lipat  menjadi  lebih  hebat  saat  dipegang  oleh  orang  yang
               memiliki alasan kebencian yang sah, berhak, dan direstui terbalaskan.

               Apalagi yang tidak mereka miliki sekarang selain kebencian yang menggunung? Mereka

               tahu, Ibu mereka dibuang sepuluh tahun oleh Ayahnya sendiri hanya karena prasangka.
               Tidak cukupkah semua pengorbanan Ibunya selama ini? Tidak cukupkah ujian api suci

               yang bahkan bisa membakar seorang dewa pendusta? Sekarang, saat masa pembuangan

               itu telah berlalu, tidak tergerakkah hati Ayahnya datang menjemput?
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62