Page 59 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 59

Shinta  menaiki  seekor  kuda,  ditemani  oleh  Resi  Walmiki,  mereka  pergi  menyusul  ke

               ibukota, mereka harus mencegah pertempuran besar kedua sepanjang sejarah daratan
               India  sejak  duel  melawan  Rahwana  itu  terjadi.  Shinta  menggebah  kudanya  agar

               bergerak lebih kencang, dia tidak boleh datang terlambat.


               Sementara  di  halaman  istana,  ratusan  ribuan  prajurit  Ayodya  berbaris  menunggu

               perintah.  Raja  mereka  yang  gagah  perkasa,  Rama,  berdiri  di  singgasana,  busur  Dewa

               Siwa terpasang di punggung. Ketakutan mencekam seluruh Ayodya. Penduduk gemetar,
               kabar  tentang  kehebatan  dua  anak  itu  membuat  cemas,  meskipun  itu  tidak

               mengurungkan  mereka  pergi  ke  halaman  istana,  berduyun-duyun  hendak  menonton

               pertempuran—tabiat lama orang-orang Ayodya, ingin tahu urusan apapun.


               Matahari tiba di puncaknya saat Lawa dan Kusa memasuki gerbang kota Ayodya. Nafas

               prajurit dan rakyat jelata tertahan. Lawa dan Kusa melangkah menyibak pasukan, debu
               mengepul dari bawah kaki mereka. Busur hadiah Dewa  Brahma terpentang kencang-

               kencang dengan anak panah mengacung ke depan. Aura mengerikan keluar dari wajah

               mereka.


               Bagaimana  mungkin?  Dua  anak  kembar  ini?  Masih  kecil  sekali,  bahkan  seperti  anak-
               anak yang bermain di sekitar rumah. Siapa mereka sesungguhnya?



               Dan yang membuat helaan nafas prajurit dan penduduk Ayodya semakin tertahan, Dua
               anak kembar itu datang sambil menyanyikan lagu itu, lagu prosesi ujian milik Ibunya:



               “Dusta takkan bercampur dengan jujur
               Hina takkan bercampur dengan mulia

               Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air


               Kebaikan takkan bercampur dengan keburukan

               Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
               Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64