Page 90 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 90

“Apakah,  apakah  tidak  bisa  dibatalkan,  Kang?”  Itje  ragoe-ragoe,  akhirnja  bersoeara,

               menelan loedah.


               “Dengarkan akoe, Itje.” Kang Djalil berkata lebih tegas, “Kamoe haroes jakin. Tidak boleh

               setengah-setengah.”


               “Kasihan Meneer dan Mevrouw, Kang.” Itje berkata lirih.


               “Astaga, Itje, kasihan apanja, hah?” Kang Djalil menatap tidak pertjaya, “Mereka bangsa

               pendjadjah, kamoe hanja djadi baboe di roemah itoe. Akoe hanja tjenteng bajaran, dan

               jang  lain,  seloeroeh  bangsa  ini  lebih  rendah  di  mata  mereka.  Djangan  pernah
               mengasihani mereka.”



               Itje tertoendoek, djemari tangannya meremas satoe sama lain, tjemas.


               “Dengarkan akoe, Itje.” Kang Djalil berbisik lebih keras, “Djangan kamoe bilang soedah

               loepa  itoe  peristiwa  tiga  tahoen  laloe,  Itje.  Djangan  sekali-kali  kamoe  loepa  itoe
               peristiwa.”


               Tentoe  sadja  Itje  sekarang  berbeda  dengan  Itje  tiga  tahoen  laloe.  Bekerdja  mendjadi

               baboe  di  roemah  Meneer  Van  Houten,  meskipoen  banjak  jang  toetoep  moeloet  tidak

               maoe  bertjerita,  tjepat  atau  lambat  memboeatnja  tahoe  detail  kedjadian  tiga  tahoen
               laloe waktoe ibunja meninggal. Apalagi Kang Djalil, tanpa diketahoei siapapoen adalah

               saksi mata itoe kedjadian.


                                                           ***


               Meneer Van Houten adalah ketoeroenan salah satoe bangsawan penting di Amsterdam

               sana.  Orang  toeanya  masih  kerabat  dekat  Ratu  Belanda.  Saat  kompeni  tiba  di

               Noesantara, keloearga mereka jang membantoe perongkosan perang, diberikan konsesi
               tanah loeas oentoek perkeboenan. Karena orang toeanya soedah terlaloe toea tinggal di

               itoe  negeri  antah  berantah,  anak  soeloeng  mereka  jang  mengoeroes  itoe  tanah  dan
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95