Page 93 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 93

“Kamoe tjinta padakoe, Itje?” Kang Djalil bertanja soenggoeh-soenggoeh.


               Itje menganggoek lagi.



               “Nah, akoe joega tjinta pada kamoe. Bahkan besarnja tjintakoe pada kamoe lebih besar
               lagi.” Kang Djalil berbisik lebih lemboet, “Tapi tjinta kita, boekanlah apa-apa dibanding

               tjinta  atas  kemerdekaan  bangsa  kita.  Tjinta  sutji  kita,  boekanlah  apa-apa  dibanding

               tjinta kita atas tanah air ini. Akoe, kamoe, akan mengorbankan apapoen demi itoe.”
               Itje menganggoek lagi.



               Kang Djalil tersenyoem, menepoek-nepoek bahoe Itje, “Iboe kamoe pasti bangga melihat
               kamoe,  Itje.  Dan  bagikoe,  meski  hanja  baboe,  kamoe  djauh  lebih  berharga  dibanding

               gadis paling tjantik, paling pintar nederlander.”


               Itje mengangkat wadjahnya, menyeka oejoeng matanja sekali lagi, tersenyoem manis.

               Doea pekan sedjak ituoe kabar berita djamoean makan malam tiba, roemah Meneer Van

               Houten  siboek  boekan  kepalang.  Soedoet-soedoet  roemah  dibersihkan,  kayoe-kayoe
               lapoek diganti, tiang-tiang disikat soepaya kincloeng. Djangan tanja tegel-tegel, soedah

               mengkilat,  koecing  lewatpoen  bisa  sambil  bertjermin.  Dan  djangan  tanja,  soeara
               berdentum matjam meriam meletup Nyonya Rose lebih sering terdengar di langit-langit

               roemah, dan siapa lagi jang paling sering diteriaki, kalau boekan Itje.


               “Itoe pot boenga tidak enak dipandang mata. Ganti!” Satu tangan Nyonya menoenjoek,

               satu tangan lagi di dagoe, berpikir apalagi jang koerang pas.


               Itje  menganggoek, tersengal-sengal  masoek kembali  lima menit  kemoedian  menjeret-

               njeret pot lain.


               Nyonya menggeleng, “Tetap tidak enak dipandang mata, Itje. Terlaloe mentjolok, norak,

               kampoengan. Ganti.”


               Itje menganggoek, menjeret pot itu keloear, memilih pot lain, masoek kembali soesah

               pajah.
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98