Page 511 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 511

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                Tanjumbulu  dipimpin  Martinus.  Pada  akhir  Nopember  1945  utusan
                Organisasi  pemuda  Poso  Y.  K.  Yanis  dan  Ahmad  Dahlan  menuju
                Sengkang  untuk  menghindari    Konferensi  Pemuda  se-Sulawesi.
                Konferensi tersebut menghasilkan kebulatan tekad menolak kedatangan
                Belanda  di  Indonesia.  Konferensi  pemuda  itu  juga  mengusulkan  agar
                dapat  memberikan  bantuan  persenjataan  dari  pihak  manapun  untuk
                mengusir penjajah NICA yang dibantu oleh Sekutu di Indonesia.
                        W.  L.  Talasa  ikut  pula  menghadiri  pertemuan  Pemuda  di
                Sengkang,  kemudian  meneruskan  perjalanan  ke  Watampone.  Karena
                Kota  Poso  sudah  dikuasai  oleh  Belanda,  maka  markas    perjuangan
                depindahkan ke luar Kota Poso yaitu Malei. Pada tanggal 31 Desember
                1945       kesatuan    Lasykar   Tajungbulu   ditingkatkan   susunan
                personaliannya  karena  wilayah  kegiatannya  meliputi  seluruh  Sulawesi
                Tengah.  Para  pejuang  tersebut  menjadi  pimpinan  Lasykar  Tanjumbulu
                Sulawesi  Tengah  dan  bermarkas  Induk  di  Kampung  Malei,  dan  segala
                kegiatan  dipertanggung  jawabkan  kepada  masing-masing  pimpinan  di
                daerah yang telah ditentukan dan senantiasa kompak dengan pimpinan
                Komando Markas di Malei.

                        Sejak  tanggal  12  Oktober  1945  pasuka  Sekutu  (Australia)
                ditempatkan  di  Kota  Tomohon  sekaligus  menjadi  markas    NICA.
                Tomohon  dikenal  sebagai  kota  pendidikan,  juga  tempat  pusat-pusat
                                                                               45
                pimpinan  Agama  Kristen  dan  Khatolik  sejak  puluhan  tahun.   Di
                Manado, baik  pemuda maupun militer  sepakat bahwa  aksi perebutan
                kekuasaan  harus  dimulai  oleh  kalangan  tentara  bersenjata,  yaitu  dari
                Teling Manado, tempat berpusat potensi militer Belanda. Seorang tokoh
                pejuang yang telah turut dalam barisan Tentara Sekutu yang memimpin
                Tangsi-Hitam di Teling adalah Letnan Lembong. Bulan Januari 1946 ia
                meninggalkan  Kota  Manado  untuk  seterusnya  bergabung  dengan
                tentara revolusi di Jawa.
                        Niat untuk menumbangkan kekuasaan militer Belanda di daerah
                ini  diambil  alih  Ch.Ch.  Taulu,  seorang  bekas  KNIL  yang  mengepalai
                gudang-gudang supplai bahan makanan dan pakaian tentara di Teling.
                Berdekatan  dengan  gudang-gudang  ini  terdapat  Arsenal,  gudang
                senjata,  yang  ketika  itu  berada  di  bawah  pimpinan  Sersan  S.D.  Mais
                (Wuisan).
                        Melalui kampanye, maka dikalangan militer KNIL ditaburkan rasa
                kecewa  terhadap  pelayanan  yang  diskriminatif    terhadap  anak  buah




                                                                                 499
   506   507   508   509   510   511   512   513   514   515   516