Page 514 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 514

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                        Menjelang  subuh  Wim  Kereh  memimpin  pasukan  untuk
                membebaskan  kaum  nasionalis  yang  selama  ini  ditahanan  di  Penjara
                Manado.  Para  tawanan  politik  yang  terlibat  dalam  rencana
                pemboikotan  perayaan  10  Januari  pagi  itu  dapat  pulang  ke  rumah
                masing-masing,  seperti  John  Rahasia,  G.A.  Maenkom,  Kusno,  Dhanu
                Pojo, G.E. Dauhan, O.H. Pantouw, A. Manoppo, Max Tumbel, dr. Sabu,
                F.W. Kumontoy, dan Mat Canon.

                        Di  Tondano  sejak  tanggal  14  Februari  1945  malam,  pos-pos
                pemuda  telah  mengadakan  penjagaan  di  persimpangan  jalan  dan
                gedung-gedung  penting.  Ketika  kode  berhasil  tembus  di  Tondano
                dengan letusan senjata beberapa kali, maka pejabat-pejabat pemerintah
                setempat yaitu H.M. Besar Bram Wenas dan komandan polisi, Inspekrur
                Brender  A.  Brandish  dihubungi  oleh  pemimpin-pemimin  pemuda,
                bahwa keamanan di Tondano akan dipegang oleh pemuda.

                        Kemudian  dari  Tomohon  diterima  berita  bahwa  di  sana  masih
                terdapat suatu kesulitan pokok. Komandan NICA Coomans D. Ruiter dan
                Troepen Commandant Overste de Vries berdiam di Kota ini. Kompi 142
                masih  tetap  dikuasai  oleh  Belanda,  sehingga  penyelesaian  kompi  ini
                harus  dilakukan  dari  Manado  dan  pucuk  piminan  NICA  masih  harus
                direbut. Frans Bisman ditugaskan oleh Taulu untuk menangkap kedua
                pembesar  Belanda  sesudah  menguasai  dan  menertibkan  kompi
                         48
                tersebut.
                        Bermodalkan  dua  buah  peleton  tempur,  Bisman  berangkat
                menuju ke Tomohon,  bendera  merah-putih berkibar di mobil depan,
                suatu  tanda  untuk  menyerbu.  Tiba  di  kota  ini  Bisman  menyiapkan
                steling untuk menyerang pertahanan KNIL. Tembakan pertama datang
                dari seorang Sersan Mayor Belanda yang mengenai tepat kepala sopir
                mobil depan. Ia gugur sebagai pahlawan 14 Februari 1945, tembakan
                ini dibalas oleh pasukan Bisman dan beberapa  peluru bersarang dalam
                tubuh tentara Belanda. Waktu  ia diangkut ke rumah sakit ternyata luka-
                luka  itu  tidak  membahayakan  nyawanya.  Melihat  keadaan  demikian,
                maka  komandan  KNIL,  melalui  Kepala  Polisi  Tomohon,  Inspektur
                Samsoeri, menyatakan menyerahkan diri bersama segenap Kompi 142
                Corps NICA yang ada di Tomohon, maka Corps-NICA bersama seluruh
                stafnya dibawa ke Manado.  Sebuah patroli tentara yang dipimpin oleh
                Freddy  Lumanaw  memasuki  Kota  Tondano  dan  mengadakan  upacara






                502
   509   510   511   512   513   514   515   516   517   518   519