Page 15 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 15

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                many  revolutions  in  one  generation”,  sebagaimana  Pemimpin  Besar
                Revolusi    menyebutnya  dengan  mengutib  ucapan  seorang  ilmuwan
                asing? Bukankah mereka adalah para pembesar negara yang didengung-
                dengungkan  sedang  berada  dalam  suasana  revolusi  itu?  Jadi  keutuhan
                logika telah didapatkan pada sistem sosial-politik yang dianggap sebagai
                sesuatu syah secara konstitusional.

                        Penamaan  itu  dimungkinkan  karena  usaha  coup  yang  telah
                menjatuhkan  korban  yang  teramat  mahal  itu  ternyata  berhasil
                digagalkan. Beberapa jam setelah pembunuhan para perwira itu terjadi,
                usaha coup, yang dilancarkan oleh gerakan, yang kemudian disebut oleh
                rejim yang tampil sebagai pemegang kekuasaan, Gestapu/PKI,  berhasil
                digagalkan. Maka peristiwa yang terjadi pada 1 Oktober itupun disebut
                dan  dikenang  sebagai  “Hari  Kesaktian  Pancasila”.  Keberhasilan
                menumpas usaha coup  tidak dikatakan sebagai bukti akan  keterampilan
                militer.  Usaha  terkutuk  ini  digagalkan  karena  sesuatu  yang  berada  di
                luar realitas empirik. Maka “kesaktian  Pancasila” pun  dijadikan sebagai
                faktor penentu. Sang pelaksana berhasil mengatasi usaha coup  karena ia
                merasa  dirinya  sebagai    personifikasi  dari  sesuatu  yang  “sakti”,
                Pancasila.      Ketika  penamaan  itu  telah  diberikan  maka  saat  itu  pula
                kekuasaan  yang    diraih  diartikan    sebagai  sesuatu  yang  telah
                mendapatkan legitimasi historis.
                        Hanya saja kalau ingatan kesejarahan sempat dibangkitkan lagi
                maka terbentanglah  serentetan peristiwa dari sejarah bangsa yang kini
                masih  terasa  pahit  juga.  Pembunuhan  para  jenderal  dan  penumpasan
                usaha coup—dua  kejadian yang merupakan suatu kesatuan peristiwa--
                ternyata  tidaklah  sekedar  kejadian  yang  mencapai  klimaksnya  ketika
                peralihan kekuasaan telah terjadi. Peristiwa pembunuhan di pagi buta itu
                membuka    pintu  bagi  terjadinya  tragedi  kemanusiaan  yang  teramat
                dahsyat yang pernah dialami bangsa. Tragedi kemanusiaan ini mungkin
                terlupakan  atau  sengaja  dilupakan  bahkan  diingkari  selama  bangsa
                berada di bawah kekuasaan negara yang serba menguasai. Tetapi ketika
                kekuasaan  itu  mengalami  krisis  dan  bahkan  berakhir  maka  seperti
                dengan  tiba-tiba  saja  anak-  bangsa  pun  tersadar  betapa  dendam  telah
                menjadi  bagian  dari  kehidupan  kebangsaan.  Rupanya  mitologisasi
                sejarah    yang  dijadikan  sebagai  landasan  dalam  pemahaman    dan
                bahkan kesadaran sejarah tidak bisa  meniadakan dendam. Mitologisasi
                sejarah hanya    menyimpannya dalam sistem kesadaran dari sebagian
                anak bangsa untuk waktu yang terbatas saja.





                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   7
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20