Page 169 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 169

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                dikenal  secara  luas  oleh  pembaca.  Di  bawah  ini  adalah  bentuk-bentuk
                kesenian  baru—dan  “modern”—yang  telah  muncul  sejalan  dengan
                perkembangan  kebudayaan,  pendidikan,  dan  situasi  sosial-politik  di
                Indonesia  pada  masa  kolonial  tersebut,  yaitu  puisi,  prosa,  dan  drama.
                Selain  ketiga  bentuk  sastra  ini,  film  juga  akan  dibicarakan  di  sini
                mengingat  bahwa  film  telah  menjadi  semacam  representasi  akan
                kemajuan teknologi berkisah.


                4.2.1.  Puisi
                        Dalam  kaitannya  dengan  kesenian,  sastra  pada  khususnya,
                bentuk sastra modern yang paling awal muncul adalah pantun dan syair
                yang  ditulis  oleh  Sa-Orang  jang  Bangsawan  pada  tahun  1857  dengan
                judul  Boek  Saier  Oetawa  Terseboet  Pantoen.  Lengkapnya,  buku  ini
                mempunyai  judul  Boek  Saier  Oetawa  Terseboet  Pantoen,  aken  Anak-anak
                Ampoenja Perbatja-an dan Pengadjaran Soepaija Dija Boleh Mengatahwie aken
                Ampoenja Perdjalanan ijang Baek dan ijang Tida Adanja dan diterbitkan oleh
                Penerbit Lange & Co di Batavia. Ditilik dari bentuk, tentu saja “syair”
                tidak dapat dikatakan sebagai sungguh-sungguh baru sebab syair adalah
                bentuk  yang  sudah  lama  ada  dengan  pelbagai  aksara  yang  digunakan.
                Dengan demikian, dilihat dari segi bentuk, bukan “syair” atau “pantun”
                yang  tentu  merupakan  bentuk  kesenian  baru  melainkan  bentuk  puisi
                                                       12
                lain,  baik  yang  berpola  seperti  “soneta”   maupun  yang  tidak  berpola
                atau bebas.
                        Yang  patut  dicatat,  meskipun  sampai  memasuki  abad  ke-20
                bentuk  pantun  dan  syair  masih  banyak  dimanfaatkan  orang  untuk
                menuangkan  ide  atau  gagasan,  percobaan  atau  upaya  menghasilkan
                puisi  yang  tidak  terikat  pola  sesungguhnya  sudah  muncul  pada  tahun
                1870.  Sejauh  data  yang  dapat  diperoleh,  pernah  ada  sastrawan  yang
                memakai inisial A.D. yang telah memublikasi karyanya di Bianglala pada
                tanggal  19  Agustus  1870,  dengan  bentuk  yang  berbeda  dari  syair  atau
                pantun.  Tentu,  jika  dilihat  dari  sudut  pandang  sekarang,  hal  tersebut
                bukan  sesuatu  yang  layak  diherankan;  namun  jika  disadari  bahwa  hal
                semacam ini terjadi pada masa ketika tradisi menulis puisi masih sangat
                terbatas,  jelas  kenyataan  tersebut  merupakan  suatu  realitas  yang  layak
                diperhatikan. Di bawah ini adalah contoh karyanya.






                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   161
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174