Page 183 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 183

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern





                        Dia sambat-sambat minta makan
                        Kerna dia sudah kelaparan
                        Dan dihinakan seperti hewan
                        Oleh bangsa orang pemabukan

                        Bajak laut tak mempedulikan
                        Sambatnya orang yang kelaparan
                        Si bajak selalu meneruskan
                        Menghisap mereka sampai pingsan

                        Maka hal ini harus dipikir
                        Akan gunanya mengubah takdir
                        Supaya kita bisa mengusir
                        Manusia bangsa orang kafir

                        Dari sajak ini, sesungguhnya bukan hanya kata “kafir” saja yang
                sesungguhnya  menimbulkan  masalah.  Frase  “bajak  laut”  yang  dipakai
                sebagai  judul  sajak  ini  pun  sudah  mengarahkan  pemahaman  pembaca
                kepada  suatu  sosok  yang  sangat  culas  dan  tamak  serta  hanya  menang
                sendiri. Sementara “orang bumi” yang tentu adalah ‘penduduk setempat’
                atau  “pribumi”  mengalami  nasib  yang  sangat  menyedihkan  sebab
                meskipun  telah  bersusah  payah  menghasilkan  panenan  namun
                kesemuanya  dirampas  dengan  kejam  oleh  Bajak  Laut.  Kemelaratan,
                kemiskinan,  atau  penderitaan  yang  diakibatkan  oleh  tiadanya  hasil
                panen yang dapat dimakan, tidak dipedulikan  oleh para penjajah yang
                “saban  hari  musti  main  mabuk”  sebab  mereka  “mencari  makan  tak
                dengan susah”, tapi semua itu karena mereka “pinter menipu”.
                        Dari  sajaknya  ini  saja,  tampak  jelas  bahwa  Mas  Marco  ingin
                meniupkan  kesadaran  kepada  sesamanya  yang  adalah  orang-orang
                jajahan dan tertindas, bahwa mereka selama ini telah dibuat bodoh dan
                dieksploitasi.  Akan  tetapi,  karena  ada  kata-kata  “kafir”  di  ujung  salah
                sebuag  bait  puisinya,  Mas  Marco  harus  menghadapi  interogasi  seperti
                telah disebutkan.
                        Apabila  Mas  Marco  terkesan  berani  langsung  berhadapan
                dengan  pihak  kolonial,  penulis  yang  lain  sangat  mungkin  juga
                mempunyai  keberanian  yang  sama,  namun  berbeda  dalam  cara
                menyampaikan  atau  mengekspresikannya.  Atau  sangat  mungkin  juga,
                bukan  pihak  kolonial  atau  penjajah  yang  langsung  menjadi  sasaran
                tembak, melainkan pada kehendak untuk mempunyai tanah air sendiri



                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   175
   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187   188