Page 237 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 237

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                           pemerintahnya,  maupun  mengenai  bangsanya,  maupun
                           daerahnya.
                               Oleh sebab itu alasan-alasan ini saya ringkas saja dengan
                           permintaan,  supaya  dalam  rapat  ini  juga  tuan  Ketua
                           memungut suara tentang monarchisme atau republik, supaya
                           kita  sesudah  itu  dapat  bekerja  terus  atas  suatu  dasar  yang
                           sudah tentu: dasar republik atau dasar monarchie.
                                                                          34

                Perdebatan mengenai bentuk negara  ini memang menimbulkan diskusi
                agak  panjang  di  antara  anggota  BPUPKI.  Mr.  Singgih  dalam
                pendapatnya menyerahkan kepada masyarakat Indonesia untuk memilih
                republik  atau  monarki,  yang  penting  saat  ini  adalah  merdeka  yang
                diperjuangan segera terwujud. Sementara itu bagi Dr. Sukiman mengenai
                bentuk negara  republik atau kerajaan, Islam tidaklah memilih karena itu
                adalah hal yang sudah bersifat umum. Senada dengan Muzakkir, bentuk
                negara Islam mirip dengan republik. Maka ia mengusulkan bentuk negara
                persatuan.  Anggota  Sanusi  dalam  pendapatnya  yang  lebih  menekankan
                pada pandangan Islam mengenai bentuk negara. Menurut pendapatnya ia
                cenderung  memilih  republik,  karena  kalau  negara  dipimpin  seorang  raja,
                maka  tugasnya  sangat  berat,  ia  menjadi  wakil  mutlak  dari  Tuhan,  tidak
                boleh  dipotong-potong  atau  dibelah-belah,  oleh  karena  itu  yang  menjadi
                raja harus orang yang sangat suci.

                           …seorang yang diangkat menjadi raja ia tidak boleh  masih
                           memikirkan  diri  sendiri  atau  kerabatnya  atau  keluarganya,
                           tetapi yang dipikirkan harus umum saja. Jikalau raja masih
                           terpengaruh  oleh  hawa  nafsunya,  oleh  keduniaan,  tentu
                           baginya  berlaku  ayat  yang  mengatakan  bahwa  raja  yang
                           belum  suci,  yang  tidak  suci  atau  masih  terpengaruh  oleh
                           hawa nafsu, oleh keduniaan, bila ia datang ke suatu tempat
                           ia  akan  menyebabkan  kerusakan,  kebinasan  segala  harta-
                           benda  rakyat;  bahkan  jiwa  rakyat  diambilnya,  dimakan
                           olehnya.
                               Oleh  karena  itu,  di  dalam  surat  Al-Ajas  ada  firman
                           Tuhan  begini:  Bila  suatu  bangsa  akan  membentuk  suatu
                           negara,  memang  asalnya  ialah  pengetahuan  nyaman,
                           kesucian, maka harus negara itu dibangkitkan, dibangunkan
                           dengan  memilih  raja  sebagai  Kepala  Negara.  Jika  negara
                           memilih raja akan bahagian negara, belum sempurna, belum
                           tinggi,  kalau  dijadikan  negara,  kerajaan  harus  mengangkat
                           seorang Imam… 35






                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   229
   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242