Page 274 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 274

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                polemik  keempat  adalah  mengenai  isu  reformasi  agrarian.  Kedua  isu
                terakhir ini menjadi tema yang berdampak bagi keseluruhan sistem politik.
                Dalam  karyanya  “Demokrasi  Kita”  Mohammad  Hatta  (1960)
                menegaskan bahwa “sejarah Indonesia sejak 10 tahun yang terakhir ini
                banyak  memeperlihatkan  pertentangan  antara  idealisme  dan  realita.
                Idealisme,  yang  menciptakan  suatu  pemerintahan  yang  adil  dan  yang
                akan  melaksanakan  demokrasi  yang    sebaik-baiknya  dan  kemakmuran
                rakyat yang sebesar-besarnya. Apalagi sejak dua tiga tahun yang akhir
                ini  kelihatan  tindakan-tindakan  pemerintah  yang  bertentangan  dengan
                Undang-undang  dasar.  Presiden,  yang  menurut  Undang-undang  dasar
                tahun 1950 adalah Presiden konstitusional  yang tidak bertanggung  jawab
                dan  ikut  dapat  diganggu-gugat,  mengangkat  dirinya  sendiri  menjadi
                formatir  kabinet.  Dengan  itu  ia  melakukan  suatu  tindakan  yang
                bertanggung  jawab  dengan  tiada  memikul  tanggung  jawab.  Pemerintah
                yang  dibentuk  dengan  cara  yang  ganjil  itu  diterima  begitu  saja  oleh
                Parlemen dengan tiada menyatakan keberatan yang prinsipil. Malahan ada
                yang membela tindakan Presiden itu dengan dalil “keadaan darurat”.
                Kemudian  Presiden  Sukarno  membubarkan  Konstituante  yang  dipilih
                oleh  rakyat,  sebelum  pekerjaaannya  membuat  undang-undang  dasar
                baru  selesai.  Dengan  suatu  dektrit  pada  5  Juli  1959  dinyatakan
                berlakunya kembali undang-undang dasar tahun 1945.


                6.4.    NEFOS Versus OLDEFOS
                        Sukarno melihat kolonialisme dan imperialisme sebagai musuh-
                musuh  revolusi  yang  tidak  pernah  akan  hilang.  Kalaupun  bentuknya
                berubah  esensinya  tetap.  Mereka  akan  tampil  dengan  bentuk-bentuk
                baru.  Oleh  karena  semangat  dan  jiwa  revolusioner  harus  selalu
                ditanamkan  di  dada  seluruh  rakyat  Indonesia.  Dalam  konteks  itu
                Sukarno bertekad dan berkeyakinan Indonesia adalah bangsa yang besar
                justru  yang  karena  keberhasilannya  memperjuangkan  dalam  merebut
                kemerdekaan sudah terbukti dalam sejarah. Inilah kekuatan negara baru
                yang terus muncul dan berkembang (“new emerging forces”, atau NEFOS)
                menjadi  kekuatan  dunia  yang  hendak  menandingin  kekuatan  lama,
                negara yang sudah mapan (old developed forces atau OLDEFOS).
                Pemikiran  Sukarno  mengenai  Indonesia  sebagai  bangsa  yang  besar
                direfleksikan ke dalam monumendan bangunan seperti Tugu Monumen
                nasionalyang mencerminkan semangat menentang neo-kolonialisme dan
                neo-imperialisme. Selain itu Monas juga menunjukkan bahwa Indonesia
                merupakan  bangsa  yang  besar.  Pada  27  Juni  1960  di  Istana  Negara



                266    Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279