Page 277 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 277

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                        Pemikiran Bung Karno terhadap Indonesia adalah suatu bangsa
                besar  yang  karena  perjuangan  panjang  dan  hebat  mampu  merebut
                kemerdekaan.  Dan  nilai  dan  semangat  itu  harus  terus  digelorakan.
                Obsesi  Presiden  Sukarno  dalam  menjadikan  bangsa  Indonesia  sebagai
                bangsa yang besar tanpak dalam kebijakan dan program pemerintah di
                saat  itu.  Untuk  menyelenggarakan  Asia  Games  IV,  Indonesia  sebagai
                tuan  rumah  harus  menyediakan  sarana  olah  raga  yang  bukan  saja
                memadai mestinya yang megah. Itulah sebabnya di dalam ingatan kita
                masa ini disebut sebagai zaman pembangunan proyek mercu suar, akan
                tetapi bagi Sukarno ini soal harga diri dan martabat bangsa. Menanggapi
                tunduhan itu Presiden Sukarno menegaskan:
                        ” Aku harus membangun bangsa Indonesia. Banyak orang yang
                        berhati katak dengan mentalitas warung kopi menghitung-hitung
                        pengeluaran itu dan menuduhku menghambur-hamburkan harta
                        rakyat.  Ini  semua  bukanlah  untuk  kejayaanku,  semua  ini
                        dibangun demi kejayaan bangsa. Supaya bangsaku dihargai oleh
                        seluruh  dunia.  Tulang  punggung  tanah  airku  membeku  ketika
                        mendengar  pertandingan  Asian  Games  1963  akan  diadakan  di
                        ibukotanya. Kota-kota lain mempunyai stadion yang lebih besar,
                        tapi  tak  satupun  yang  mempunyai  atap  melingkar  seperti
                        kepunyaan  kami.  Yah,  memberantas  kemiskinan  memang
                        penting,  akan  tetapi  memberi  makan  jiwa  yang  telah  diinjak-
                        injak  dengan  sesuatu  yang  dapat  membangkitkan  kebangsaan
                        mereka ini pun penting (Adams 1966:432).

                Patut  dicatat  di  dalam  ASEAN  Games  IV  tahun  1963  di  Jakarta,
                kontingen Indonesia menempati urutan kedua setelah Jepang di dalam
                mengumpulkan  medali.  Meskipun  Indonesia  ‘hanya’  mengumpulkan
                sebelas  medali  sedangkan  Jepang  37  medali.  Jauhnya  keterpautan
                perolehan medali itu tetap menampatkan Indonesia sebagai bangsa yang
                membanggakan. Ini boleh dibanding dengan keikutsertaan Indonesiaan
                di SEA Games, yang tidak mudah untuk menduduki di peringkat satu
                peroleh  medali.  Sebagai  gambaran  saja  pada  SEA  Games  2011,
                Indonesia “hanya” di tempat ketiga.
                Masa  demokrasi  terpimpin  dikenal  dalam  Sejarah  pemikiran  bangsa
                sebagai  kuatnya  sistem  wacana  yang  bersifat  hiperbol—serba
                diperbesar—dalam  menggambarkan  dunia  realitas.  Dalam  suasana
                seperti  ini  keharusan  indoktrinasi  semakin  diperluas.  Negara  menjadi
                penentu ukuran kebenaran dan realitas kehidupan sosial. Sementara itu
                Sukarno semakin tegar mempersonifikasikan sebagai “pemimpin besar”,
                yang tak kekurangan inspirasi dan gagasan dalam membawa masyarakat




                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   269
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282