Page 276 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 276

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                dunia  sekarang  bukanlah  dunia  pada  waktu  itu.  PBB  hanya  menjadi
                medan perdebatan (Sosroatmodjo dalam Katoppo (ed), 1982:323).
                Lebih lanjut Presiden Sukarno menegaskan:

                        “Karena PBB didirikan di saat berakhirnya Perang Dunia Kedua
                        agar terjamin koeksistensi secara damai, maka sekarang prinsip
                        dasarnya  sudah  menjadi  kuno.  Ketidakseimbangan  dunia  pada
                        waktu sekarang ini tidak terletak antara negara-negara besar yang
                        sekarang ini senantiasa saling menguji kekuatan masing-masing,
                        akan  tetapi  terletak  dalam  pertentangan  hidup  antara  bangsa-
                        bangsa  yang  baru  berkembangan  dengan  bangsa-bangsa
                        imperialis. Seperti terbukti dengan ketegangan di Asia tenggara
                        dan  Kongo,  maka  kekuatan-kekuatan  yang  baru  berkembang
                        meliputi  setiap  orang.  Oleh  karena  itu  justru  mereka  yang
                        menjadi  perhatian  dari  PBB.  Akan  tetapi  baik  Piagam  PBB
                        maupun  Preambulenya  tidak  menyebut-nyebut  perkataan
                        kolonialisme.  Selama  dua  puluh  tahun  revolusi  yang  meliputi
                        tiga  perempat  bagian  dari  muka  bumi  ini,  Barat  terhindar  dari
                        peperangan.Timur  tidak  pernah  mengenal  keadaan  damai.
                        Setelah  datang  perdamaian  untuk  Eropa,  kami  merasai
                        keganasan bom atom. Kami mengalami Revolusi Nasional kami
                        sendiri  di  Indonesia.  Kami  merasai  penyiksaan  di  Vietnam.
                        Kami  menderita  penganiyaan  di  Korea.Kami  menghadapi
                        sakratul maut di Aljazair. Dan di saat luka-luka di Asia  masih
                        belum sembuh, maka saudara-saudara kami di Afrika dianiaya—
                        herankah  orang  bahwa  sekarang  ini  kami  menuntut,  ya,
                        menuntut  penghentian  siksaan  terhadap  kami?  (Sosroatmodjo
                        dalam Katoppo ed, 1982:323).
                        Pada  masa  ini  Presiden  Sukarno  dengan  sangat  antusias
                mencanangkan  prgram  pembangunan  karakter  bangsa.Istilah  yang
                terlanjur dikenal “nation and charater building” sejatinya tidak sekedar
                membangunan bangsa tetapi juga membangun karakter (nya) bangsa itu.
                Dalam pidatonya pada HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
                tahun 1963, Presiden m,emberi judul “Genta Suara Revolusi Indonesia”.
                Sukarno  berpidato  “saya  telah  mengemukakan  fikiran-fikiran  yang
                mendasari  proses  “nation  building”,  yaitu  adanya  keinginan  bersama
                untuk  membangunkan  jiwa  yang  bersatu,  persatuan  karakter  karena
                persamaan  nasib  dan  patriotisme”  (Capita  Selecta  Kesatuan  bangsa,
                1964:11).  Dari  ungkapan  itu  dapat  dikatakan  bahwa  “pembangunan
                bangsa” dilakukan dengan “pembangunan karakter”.



                268    Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   271   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281