Page 41 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 41
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
BAB I
KONDISI DI HINDIA BELANDA
1.1. Politik Etis
Akhir abad ke 19, Van Kol yang menjadi juru bicara golongan
sosialis melancarkan kritik terhadap keadaan yang serba merosot di
Hindia Belanda. Ia menyatakan bahwa selama satu abad lebih
pemerintah mengambil keuntungan dari penghasilan rakyat, tetapi tidak
ada satu per sen pun yang dikembalikan untuk kesejahteraan rakyat
Hindia Belanda. Selain itu Van Deventer, pada tahun 1899 menulis
sebuah karangan dalam majalah De Gids berjudul “Hutang
Kehormatan”. Dalam tulisan itu Van Deventer menyatakan, bahwa dari
hasil panen yang sangat berharga melalui Tanam Paksa, negeri Belanda
telah memperoleh keuntungan berjuta-juta gulden. Antara tahun 1867
sampai dengan tahun 1878, keuntungan yang telah diperoleh tidak
kurang dari 187 juta gulden. Hal itu merupakan hutang Belanda
terhadap rakyat Hindia Belanda yang perlu dikembalikan, sekalipun
1
dalam bentuk lain. Untuk itu perlu memajukan kesejahteraan,
pendidikan, dan kesehatan rakyat jajahan. Andaikata Negeri Belanda
tidak mendapat keuntungan dari daerah jajahan, sudah menjadi
kewajiban merekalah untuk bertanggung jawab terhadap tanah
2
jajahannya. Anjuran Van Deventer itu kemudian terkenal dengan
sebutan “Trilogi Van Deventer” atau “Trias Etika”, yang berisi
pendidikan, irigasi, dan emigrasi.
Hasil dari upaya tersebut, pada awal abad ke-20, sekolah
rendah pemerintah seluruhnya berjumlah 601, dengan jumlah
penduduk diperkirakan sebanyak 37 juta. Selain sekolah yang
didirikan oleh pemerintah ada pula sekolah swasta, yang umumnya
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 33