Page 43 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 43

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                Bangsawan  Aceh  yang  telah  dikalahkan  Belanda,  juga  dikirim  ke
                Sekolah  Raja.  Begitu  juga  anak  dari  golongan  atas  lainnya  dari
                seluruh Sumatra.

                        Sejalan  dengan  upaya  meningkatkan  pendidikan  di  kalangan
                bumiputera, maka pada awal abad 20 dimulai sistem sekolah desa atau
                volkschool, dengan lama sekolah 3 tahun, yang didirikan oleh masyarakat
                setempat dengan subsidi dan bimbingan dari pemerintah. Sekolah yang
                diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Van Heutz pada tahun 1908 ini,
                cepat  berkembang  dan  meluas.  Pada  tahun  1913  menurut  Gubernur
                Ballot di Sumatra Barat, terjadi peningkatan jumlah sekolah desa pada
                tahun 1915 yaitu dari 111 buah meningkat menjadi 350 buah. Kenaikan
                yang  pesat  dari  sekolah  desa  ini  boleh  dikatakan  umum  di  seluruh
                daerah  yang  telah  mengalami  penetrasi  lebih  lanjut  dari  pemerintah
                kolonial. Dalam sepuluh tahun saja, antara tahun 1910 sampai dengan
                tahun 1920 di seluruh "Hindia Belanda" jumlah murid yang memasuki
                sekolah desa naik dari 71.239 menjadi 423.314. Pada tahun 1930 jumlah
                murid  telah  naik  sampai  1.229.666  dan  tahun  1940  jumlahnya  hanya
                naik menjadi 2.186.374 orang. Jika ditambah dengan murid-murid yang
                melanjutkan ke sekolah sambungan atau Vervolgschool, maka pada tahun
                1930  jumlah  murid  keseluruhan  ialah  1.482.736.  Dengan  demikian
                murid  sekolah  sambungan  hanya  253.736.  Pada  tahun  1940  jumlah
                murid sekolah sambungan naik sedikit menjadi 282.358 orang.

                        Kecenderungan seperti  ini juga tampak  pada sekolah-sekolah
                Barat  yang  mempergunakan  bahasa  Belanda  sebagai  bahasa
                pengantar,  baik  milik  pemerintah  maupun  swasta  bersubsidi.
                Pertumbuhan  yang  mencolok  didapati  pada  dasawarsa  ketiga,
                sedangkan    pada    dasawarsa    keempat,   terlihat   pula   proses
                perkembangan melambat. Antara tahun 1900 dan tahun 1910 murid-
                murid pribumi dari HIS dan ELS naik dua kali lipat menjadi 5.108.
                Pada  tahun  1924  pemerintah  memperkenalkan  sekolah  schakel,  yang
                menghubungkan sekolah "bumiputra" dengan sekolah "Belanda". Hal
                ini  membantu  peningkatan  jumlah  sekolah  "Belanda".  Antara  tahun
                1910  dan  tahun  1930  kenaikannya  mencapai  delapan  kali  lipat  atau
                dengan  angka  absolut  menjadi  43.411.  Pada  tahun  1940,  jumlah
                murid ketiga jenis sekolah tersebut tercatat 88.223 orang. Murid yang
                tidak  sanggup  menyelesaikan  sekolah  jumlahnya  cukup  tinggi.
                Puncak  kemajuan  pendidikan  gaya  Barat  sampai  berakhirnya  masa
                penjajahan  Belanda,  prosentase  murid  yang  sanggup  mendapatkan
                ijazah kira-kira seperempatnya saja atau 25 persen.




                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   35
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48