Page 101 - AKIDAH DAN ILMU KALAM E-BOOK
P. 101
Dalam pembahasan selanjutnya akan dikemukakan beberapa pemikiran al
Bazdawi di antaranya sebagai berikut:
1) Akal dan Wahyu
Al Bazdawi berpendapat bahwa akal tidak dapat mengetahui tentang kewajiban
mengetahui Tuhan sekalipun akal dapat mengetahui Tuhan dan mengetahui baik dan
73
buruk. Kewajiban mengetahui Tuhan haruslah melalui wahyu. Begitu pula akal
tidak dapat mengetahui kewajiban-kewajiban mengerjakan yang baik dan buruk. Akal
dalam hal ini hanya dapat mengetahui baik dan buruk saja. Sedangkan menentukan
kewajiban mengenai baik dan buruk adalah wahyu.
Dalam paham golongan Bukhara dikatakan bahwa akal tidak dapat mengetahui
kewajiban-kewajiban dan hanya mengetahui sebab-sebab yang membuat kewajiban-
kewajiban menjadi suatu kewajiban. Di sini dapat dipahami bahwa mengetahui Tuhan
dalam arti berterima kasih kepada Tuhan sebelum turunnya wahyu tidaklah wajib bagi
74
manusia.
Di sinilah wahyu mempunyai fungsi yang sangat penting bagi akal untuk
memastikan kewajiban melaksanakan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang
buruk. Sebagaimana dikatakan al Bazdawi, akal tidak dapat memperoleh petunjuk
bagaimana cara beribadah dan mengabdi kepada Tuhan. Akal juga tidak dapat
memperoleh petunjuk untuk melaksanakan hukum-hukum dalam perbuatan-perbuatan
75
jahat.
2) Sifat-sifat Tuhan
Al Bazdawi berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat. Tuhan pun qadim.
Akan tetapi untuk menghindari banyaknya yang menyertai qadimnya zat Tuhan, maka
al Bazdawi mengatakan bahwa ke qadiman sifat-sifat Tuhan itu melalui ke qadiman
76
yang melekat pada diri zat Tuhan, bukan melalui ke qadiman sifat-sifat itu sendiri.
3) Perbuatan manusia
73
Ibid., h. 209.
74
Ibid., h. 92.
75
Harun, Teologi Islam., h. 91
76
Ibid., h. 104
93