Page 35 - Laporan Hasil Pengawasan BPKP Kalsel Tahun 2021
P. 35

Bersubsidi dari Produsen ke Pengecer di Provinsi Kalimantan Selatan untuk periode tahun

               2020 sampai  dengan  28 Februari tahun 2021 dengan uji petik  pada  3 kabupaten yaitu
               Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Laut, dan Kabupaten Barito Kuala.

               Hasil pengawasan menunjukan realisasi penyaluran pupuk bersubsidi di Provinsi Kalimantan
               Selatan,  tahun  2020  sebanyak  89.909,50  ton  dan  tahun  2021  (per  28  Februari  2021)

               sebanyak 12.393,96 ton, sedangkan pada 3 kabupaten yang diuji petik capaian penyaluran
               tahun 2020 dan tahun 2021 (s.d. 28 Februari 2021) masing-masing sebesar 47.531,10 ton

               atau 52,87% dan 5.822,90 ton atau 46,98% dari total penyaluran se-Provinsi Kalimantan
               Selatan. Hasil pengawasan menemukan:

               1)  kelemahan pada aspek kelembagaan, yaitu jumlah pengecer pupuk bersubsidi kurang
                    dari minimal dua pengecer dalam satu kecamatan, dan penyusunan Surat Perjanjian Jual

                    Beli (SPJB) pengecer belum menentukan desa yang menjadi wilayah tanggung jawabnya;

               2)  kelemahan pada aspek penyusunan kebutuhan, yaitu:
                    a)  Dinas  Tanaman  Pangan  dan  Hortikultura  Provinsi  Kalimantan  Selatan  tidak

                        menyusun  rencana  kebutuhan  pupuk  untuk  sektor  pertanian,  kebutuhan  pupuk
                        subsidi se-Provinsi disusun dari data rekapitulasi RDKK Kabupaten/Kota; dan

                    b)  usulan  kebutuhan  pupuk  bersubsidi  di  kabupaten/kota  melebihi  standar
                        pemupukan, tidak sesuai musim tanam, tidak sesuai komoditas, dan tidak melalui

                        proses verifikasi pemilikan/penguasaan lahan.

               3)  Ketidaktepatan tata kelola penyaluran/distribusi pupuk bersubsidi, yaitu:
                    a)  SK alokasi pupuk hanya merinci sampai dengan tingkat kecamatan, tidak sampai

                        dengan petani/kelompok tani;
                    b)  stok pupuk bersubsidi di gudang pengecer tidak dapat memenuhi kebutuhan pupuk

                        satu minggu;
                    c)  proses  penebusan  pupuk  bersubsidi  masih  dilakukan  secara  manual,  sehingga

                        Pengecer  tidak  melakukan  verifikasi  sisa  kuota  pupuk  bersubsidi  masing-masing
                        petani; dan

                    d)  penyaluran pupuk bersubsidi melebihi alokasi yang telah ditetapkan.
               4)  Ketidaktepatan harga, pupuk yang dibayar petani melebihi ketentuan program dimana

                    biaya bongkar dari truk distributor ke gudang kios/pengecer dibebankan kepada petani

                    antara Rp1.000,00 s.d. Rp2.000,00 per sak subsidi pupuk.










                                                                                                          20
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40