Page 224 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 224

"Orang muda apakah kedudukanmu di Pulau Neraka ini?"


               Dia memang tidak dapat menduga karena tadi dia mendengar ketua Pulau Neraka

               menyebut  taihiap  (pendekar  besar)  kepada  pemuda  ini.  Dan  kalau  ada  yang

               dipercaya di situ. Maka satu-satunya orang adalah pemuda ini.

               "Aku  bukan  penghuni  Pulau  Neraka  aku  adalah  seorang  dari  Pulau  Es...."

               "heeeehhh...??"  Mata  Tok-gan-hai-liong  yang  tinggal  satu  itu  terbelalak  dan

               mukanya pucat. Dia merasa seolah-olah dalam mimpi. Setelah bertemu dengan

               Pulau Neraka yang aneh dan mengerikan di mana semua anak buahnya tewas, dia

               bertemu pula dengan seorang pemuda sakti yang mengaku datang dari Pulau Es,

               sebuah  sebutan  yang  tadinya  dikiranya  hanya  terdapat  dalam  dongeng  tahyul

               belaka. Mimpikah dia? Ataukah dia sudah mati ditelan badai dan sekarang ini

               adalah pengalaman dari rohnya?


               "Pulau... Pulau... Es...?" Dia berkata lirih. Sin Liong mengangguk tak sabar. Dia

               tadi  mengaku  sebenarnya,  siapa  mengira  malah  membuat  kepala  bajak  ini

               menjadi termangumangu seperti orang sinting. "Kalau begitu, aku hanya mau

               memberikan  obat  penawar  jika  engkau  yang  mengantarku  sampai  ke  sebuah

               perahu di pantai Pulau Neraka ini."


               "Jahanam, kau tidak percaya kepadaku?" Ouw Kong Ek membentak dan para

               pembantunya sudah mengangkat senjata mengancam.

               "Terserah,  bunuhlah.  Aku  toh  akan  mati  bersama  dia  ini."  Sin  Liong

               menyerahkan tubuh Soan Cu yang masih pingsan kepada kakeknya, kemudian

               berkata, "ouw-tocu, biarlah kita memenuhi permintaannya.


               Harap  sediakan  perahu  untuknya.".Terpaksa  Ouw  Kong  Ek  menggerakan

               kapalanya memberi isyarat kepada anak buahnya, kemudian


               memandang  kepada  kepala  bajak  itu  dengan  mata  mendelik.  Koan  Sek  lalu
               berjalan bersama Sin Liong dan dua anak buah Pulau Neraka menuju ke tepi laut.


               Setelah sebuah perahu dipersiapkan, kepala bajak itu mengeluarkan sebuah benda




                                                           223
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229