Page 219 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 219

Saking  kagetnya  Sin  Liong  melompat  turun  dari  punggung  biruang  dan  kini

               biruang itu pun terkejut dan ketakutan, seolah-olah binatang raksasa ini sudah

               mengerti bahwa bahaya maut datang mengancamnya.


               "Uhhh... apa yang terjadi...?" Soan Cu mengeluh dan siuman dari pingsannya.

               Melihat  dara  itu  sudah  siuman.  Sin  Liong  agak  lega.  "Bagaimana  lukamu?"

               "Nyeri sekali, panas... eh, siapa yang memimpin binatang-binatang berbisa itu?"

               Soan Cu turun dari pondongan Sin Liong. "Cepat pergunakan obat penolak ini..."

               Dia  mengeluarkan  sebungkus  obat  penolak  dari  ikat  pinggangnya.  Setelah

               menaburkan obat bubuk di sekeliling mereka bertiga, yaitu Soan Cu, Sin Liong

               dan biruang betina, Soan Cu berkata lagi, "Sin Liong tolong... kau tangkap Si

               Mata  Satu  itu...aku  membutuhkan  obat  penawar  racun  am-gi-nya  (senjata

               gelapnya)...."

               Melihat betapa wajah dara itu pucat sekali tanda menderita kenyerian hebat, Sin


               Liong maklum bahwa tentu dara itu terkena senjata rahasia yang mengandung
               racun luar biasa sekali. Maka tanpa menjawab tubuhnya mencelat kearah Koan


               Sek  yang  masih  bengong  memandang  ke  depan,  matanya  terbelalak  ketika
               melihat  betapa  anak  buahnya  mulai  menjadi  korban  pengeroyokan  binatang-


               binatang berbisa. Maka ketika tubuh Sin Liong menyambar, dia terkejut sekali,
               mengira  bahwa  pemuda  itu  akan  menyerangnya.  Dia  tadi  sudah  mengambil


               kembali  senjatanya,  maka  tanpa  banyak  cakap  lagi  dia  sudah  mengayun

               senjatanya  menghantam  ke  arah  Sin  Liong.  Pemuda  ini  tadi  melepaskan

               pedangnya, melihat betapa dia disambut serangan dahsyat, cepat dia miringkan

               tubuhnya, membiarkan senjata berat itu lewat dan secepat kilat kedua tangannya

               menyambar dan sebelumnya Koan Sek tahu apa yang terjadi, senjatanya telah

               terampas dan dibuang oleh pemuda itu sedangkan tubuhnya sudah diangkat dan

               dipanggul seperti seorang anak kecil saja. Percuma dia meronta, karena pemuda

               itu sudah meloncat seperti terbang, kembali ke dalam lingkaran obat  penolak

               yang  ditaburkan  Soan  Cu.  Koan  Sek  menggigil.  Selain  dia  maklum  betapa




                                                           218
   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224