Page 228 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 228

Kerajaan Pulau Es tidak ada lagi sekarang, telah musnah."


               "Hei...? Apa maksudmu, Taihiap...?" kakek itu bertanya, terbelalak.

               "Apa yang telah terjadi?" Soan Cu juga bertanya.


               "Dilanda  badai...  habis  seluruhnya,  semua  penghuninya  termasuk  suhu  dan

               seluruh benda di sana habis terbasmi kecuali bangunan istana yang telah kosong

               sama  sekali..."  Sin  Liong  lalu  menuturkan  dengan  singkat  malapetaka  yang

               penimpa Pulau Es, dan betapa secara aneh dan kebetulan saja dia dan Sumoinya

               terluput  dari  bencana.  Kakek  dan  cucu  itu  mendengarkan  dengan  melongo

               kemudian kakek itu bertepuk tangan dan tertawa bergelak. "Ha-ha-ha-ha! Ha-ha-

               ha-ha!  Dendam  ratusan  tahun  lenyap  dalam  sekejap  mata!  kami  orang-orang

               buangan  yang  dianggap  berdosa,  dianggap  dikutuk  tuhan,  malah  masih  dapat

               hidup melanjutkan riwayat, sedangkan penghuni Pulau Es yang suci dan agung,

               kaum bangsawan yang tinggi, sekali sapu saja musnah!


               Ha-ha-ha, siapa yang lebih dilindungi tuhan? Han Ti Ong, tanpa kami bergerak,

               engkau  dan  kerajaanmu  lenyap  sudah!"  Kakek  itu  tertawa-tawa  sampai  air

               matanya

               keluar sehingga sukar dikatakan apakah dia itu


                tertawa,      ataukah       menangis..Mengapa            Taihiap       sekarang

               mencari Nona Swat Hong ke sini? Apa yang terjadi dengan dia?"Sin Liong lalu

               menceritakan niat perjalanannya bersama Swat Hong, yaitu untuk mencari ibu

               Swat Hong yang sampai kini tidak diketahui berada di mana. Dan betapa di jalan

               mereka  menjadi  bungung  dan  tersesat  karena  badai  telah  menciptakan


               pemandangan  yang  berbeda  di  permukaan  laut  sehingga  sehingga  mereka
               mendarat di gunung es dan betapa dia menemukan biruang hitam.


                "Sumoi berangkat  melanjutkan perjalanan  mencari Pulau


               Neraka  karena  disangkanya  ibunya  berada  di  sini,  sedangkan  aku  mengobati

               biruang."  Sin  Liong  menutup  ceritanya,  tentu  saja  dia  segera  menceritakan



                                                           227
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233