Page 273 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 273

masih diganggu lagi oleh bayangan anak-anak yang dahulu menjadi korbanya,

               membuat Pat-jiu Kai-ong menangis di dalam hatinya, menyesali perbuatannya

               yang  mengakibatkan  dia  mati  dalam  keadaan  tersiksa  seperti  itu.  Tiga  hari

               kemudian, The Kwat Lin muncul dan perempuan ini tertawa bergelak melihat

               musuh besarnya masih belum mati. Senang sekali hatinya. Dahulu, dia diperkosa

               dan dipermainkan di antara mayat-mayat suhengnya selama tiga hari tiga malam,

               dan kini dia dapat membalas secara memuaskan sekali.


               "Hi-hik, kau sudah puas sekarang?" ejeknya. "Nah, mampuslah kau. Pat-jiu Kai-

               ong!" pedangnya berkelebatan dan seluruh bagian tubuh di bawah pusar kakek

               itu dicincang hancur oleh pedang di tangan The Kwat Lin. Setelah merasa puas

               melihat mayat musuh besarnya, barulah dia membuat api dan membakar gedung

               itu, lalu berlari keluar.

               Dengan air mata bercucuran, Swi Liang dan Swi Nio memandang nyala api yang


               membakar gedung, maklum bahwa mayat ayah mereka ikut terbakar.

               "Ayahmu telah sempurna," kata The Kwat Lin. "Tak perlu menangis lagi, hayo

               kalian ikut bersamaku.


               Kalau  kalian  rajin  mempelajari  ilmu,  kelak  kalian  tidak  akan  mengalami

               penghinaan orang lagi."

               Dengan  hati  berat  namun  karena  tidak  ada  orang  lain  yang  mereka  pandang

               setelah  ayah  mereka  meninggal,  dua  orang  muda  itu  terpaksa  mengikuti  The

               Kwat Lin bersama Han Bu Ong pergi meninggalkan Hen-san.


               Bu-tong-pai adalah sebuah perkumpulan silat yang besar, merupakan sebuah di

               antara "partai-partai" persilatan yang terkenal. Akan tetapi pada saat itu, Bu-tong-

               pai  sedang  berkabung.  Di  markas  perkumpulan  itu  yang  letaknya  di  lereng

               pegunungan Bu-tong-san, dari pintu gerbang sampai rumahrumah para tokoh dan

               murid kepala, tampak kibaran kain-kain putih menghias pintu, tanda bahwa Bu-

               tong-pai sedang berkabung.





                                                           272
   268   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278