Page 269 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 269

dan betapa raja pengemis itu menyiksanya dan Bu Ong kelak harus membalas

               dendam itu. Maka kini anak itu samasekali tidak menaruh rasa kasihan, bahkan

               hatinya puas sekali dapat menyiksa kakek itu.


               Dapat dibayangkan betapa hebat penderitaan Pat-jiu Kaiong. Namun dia tidak

               menyesali  nasibnya  karena  dia  maklum  bahwa  dia  pun  telah  melakukan

               perbuatan sewenang-wenang atas diri The Kwat Lin sehingga pembalasan ini

               sudah jamak.

               Hanya satu hal yang membuat air matanya bercucuran adalah melihat betapa dia

               disiksa dan akan dibunuh oleh darah dagingnya sendiri. Dia menangis melihat

               darah  dagingnya  sendiri  itu,  yang  baru  berusia  sepuluh  tahun,  telah  menjadi

               seorang  iblis  cilik  yang  demikian  kejam!  Kini  The  Kwat  Lin  membebaskan

               totokan  yang  membuat  kaki  tangannya  lumpuh.  Begitu  kaki  tangannya  dapat

               bergerak, Pat-jiu Kaiong meloncat dan menerkam ke arah Bu Ong dengan ke dua


               tangan yang sudah tak berjari lagi itu, yang berlumuran darah.

               Niat hatinya untuk membunuh saja anaknya itu agar kelak tidak dijadikan iblis

               cilik oleh ibu yang membencinya. Akan tetapi sebuah tendangan dari samping

               yang dilakukan oleh The Kwat Lin membuat dia terguling lagi. Rasa nyeri pada

               kedua ujung tangannya membuat kakek itu menggeliat-geliat.


               "Mundurlah, Bu-ong. lihat sekarang ibumu yang akan turun tangan. Aku akan

               membalas sendiri perbuatannya kepadaku terdahulu!"

               The Kwat Lin menghampiri musuhnya dengan pedang di tangan. "Pat-jiu Kai-

               ong,  ingatlah  engkau  akan  peristiwa  dahulu  itu?  Bayangkanlah,hi-hik,

               bayangkanlah betapa nikmatnya bagimu dan betapa menyiksa dan sengsaranya

               bagiku.  Sekarang  aku  yang  menikmati  dan  kau  yang  menderita  .  Sudah  adil

               bukan? Nah, terimalah ini... ini... ini...!" Bertubi-tubi pedang di tangan The Kwat

               Lin bergerak dan tubuh kakek itu bergulingan, berkelojotan karena rasa nyeri

               yang amat hebat ketika ujung pedang itu membabat keseluruh tubuhnya, dengan

               tepat sekali membabat ujung semua jari kakinya, hidungnya, dagunya. Babatan



                                                           268
   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273   274