Page 266 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 266

"Auggghh...!" Kalau orang lain yang terkena totokan yang tepat mengenai jalan

               darah,  tentu  akan  roboh  dan  tewas.  Akan  tetapi  tubuh  Pat-jiu  Kai-ong  sudah

               kebal,


               maka totokan yang kuat itu hanya membuat ia terhuyung ke belakang. Melihat

               ini,  The  Kwat  Lin  tertawa  terkekeh,  kedua  tangannya  bergerak  dengan  cepat

               sekali dan biarpun raja pengemis itu sudah berusaha mati-matian membela diri,

               namun karena.totokan pertama membuat               pandangan  matanya

                berkunang  sehingga gerakannya menjadi kurang cepat, dua

                kali totokan lagi dan sebuah tamparan dengan tiga  jari         tangan     yang     tepat

               mengenai punggungnya membuat dia roboh pingsan!  Ketika dia siuman. Pat-jiu

               Kai-ong mendapatkan dirinya sudah rebah terlentang di atas lantai dan dia tidak

               mampu menggerakan kaki tangannya, bahkan tidak mampu mengeluarkan suara

               karena selain tertotok jalan darah yang membuatnya menjadi lumpuh, juga urat


               ganggu di lehernya telah ditotok. Tahulah dia bahwa dia tak berdaya lagi dan
               nyawanya berada di tangan lawan, dan dia pun maklum bahwa wanita ini tidak


               akan mungkin mengampuni kesalahannya.Maka dia memejamkan mata menanti
               datangnya kematian. "Bret-bret-brettt..., hi-hik! lihatlah, Bu Ong, lihat binatang


               ini!"  Pat-jiu  Kai-ong  memaki  dalam  hatinya.  Apa  maunya  perempuan  ini?
               Seluruh  pakaiannya  direnggut  lepas  semua  sehingga  dia  terlentang  dalam


               keadaan telanjang bulat sama sekali! Karena ingin tahu, bukan karena jerih sebab

               seorang  datuk  macam  Pat-jiu  Kai-ong  juga  tidak  mengenal  takut,  dia

               menggerakan pelupuk mata dan mengintai dari balik bulu matanya. Dia melihat

               anak  laki-laki  turun  dari  kursinya,  memandanginya  dan  tertawa.  "Heh-heh,

               ibu,dia  lucu  sekali!  Lucu  dan  amat  buruk...  eh,  menjijikkan!"  The  Kwat  Lin

               tertawa-tawa,  kemudian  sekali  ujung  lengan  bajunya  bergerak  menyambar  ke

               arah leher Pat-jiu Kai-ong, kakek ini terbebas dari totokan urat ganggunya dan

               dapat mengeluarkan suara. "Perempuan hina, mau bunuh lekas bunuh! Aku tidak

               takut  mati!"  teriaknya  marah.  "Hi-hik,  enak  saja!  Ingatkah  kau  betapa  aku




                                                           265
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271