Page 282 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 282

"Dengan mempertaruhkan nyawaku. Kehormatan Bu-tongpai lebih penting dari

               pada  nyawa  seorang  ketuanya.  Majulah  dan  mari  kita  putuskan  persoalan  ini

               dengan  kepandaian  kita  ."  The  Kwat  Lin  tersenyum.  "Susiok,  betapapun

               mudahnya bagiku membunuhmu, membunuh para suheng dan membunuh semua

               orang yang menentangku. Akan tetapi, aku bahkan ingin menolong kalian, ingin

               mengangkat  nama  Butong-pai,  maka  biarlah  aku  hanya  akan  mengalahkan

               Susiok tanpa membunuhmu." Ucapan ini malah merupakan penghinaan yang luar

               biasa  sekali,  karena  mengalahkan  lawan  tanpa  membunuhnya  merupakan  hal

               yang amat sukar dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki tingkat

               kepandaian yang jauh lebih tinggi dari lawannya!


               Merah  muka  tosu  tua  itu.  Dia  dipandang  rendah  oleh  murid  keponakannya

               sendiri! Bukan hanya itu saja. Dia sebagai orang tertua dari Bu-tong-pai, sebagai

               calon ketua Bu-tongpai, dihina oleh seorang anggauta muda Bu-tong-pai! Oleh

               karena  itu,  tosu  tua  ini  mengambil  keputusan  untuk  mengadu  nyawa  dengan

               wanita  yang  kini  dipandangnya  bukan  sebagai  anggauta  Bu-tong-pai  lagi,

               melainkan sebagai seorang musuh yang hendak mengacau Bu-tong-pai.

               "The Kwat Lin sebagai seorang ketua Bu-tong-pai, pinto menyediakan nyawa


               untuk mempertahankan kehormatan Butong-pai terhadap siapapun juga , dan saat
               ini pinto akan mempertahankannya terhadap engkau! Majulah!" sambil berkata


               demikian tosu tua berjenggot lebat ini meloncat ke depan, tongkatnya di tangan

               kanan dan ujung lengan bajunya melambai panjang.

               Kwat  Lin  mengenal  tongkat  itu.  Tongkat  kayu  cendana  yang  harum  dan

               menghitam saking tuanya, tongkat yang menjadi tongkat pusaka para ketua Bu-

               tong-pai  sejak  dahulu.  Dia  maklum  pula  bahwa  tongkat  itu  hanya  sebagai

               lambang kedudukan ketua belaka, namun dalam hal ilmu silat bersenjata, ujung

               lengan  baju  kakek  itu  jauh  lebih  barbahaya  dari  pada  tongkatnya.  Dia  dapat

               menduga bahwa tentu kakek ini sudah memiliki tingkat tertinggi dari Bu-tong-

               pai, dan telah memiliki sinkang yang amat kuat sehingga kedua ujung lengan




                                                           281
   277   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287