Page 412 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 412
Hijau yang berbau harum. Sebuah meja bundar rendah telah dipersiapkan di
tengah kamar, di dekat.pembaringan di sekeliling meja itu terdapat tikar yang
ditilami kasur dan bantal. Selain kartu untuk main,
juga di atas meja terdapat seguci arak wangi dan cawan-
cawan kecil, juga beberapa macam kuih kering. "Duduklah, Enci Liang-cu. Mari
kita, main-main. kau bermalam saja di sini malam ini, ya?" Si Baju Hijauberkata
sambil merangkul.
"Dan tubuhmu begini tegap dan kelihatan kuat, Enci Liangcu," kata Si Baju
Merah memegang-megang lengan pemuda itu.
"Aihhh, tangan Enci Liang-cu kuat dan kasar!" kata Si Baju Merah menghelus
telapak tangan pemuda itu. Swi Liang menarik tangannya. "Aahh, aku sejak kecil
berlatih silat. Tentu saja aku seorang gadis yang kasar, mana bisa dibandingkan
dengan kalian yang halus mungil?"
"Hi-hik, kau terlalu memuji, Enci!" kata Si Baju Merah sambil mencubit paha
Swi Liang.
"Kalau engkau menjadi seorang laki-laki, tentu tampan dan gagah, Enci Liang-
cu!" kata Si Baju Hilau. Dapat dibayangkan betapa tubuh Swi Liang terasa panas
dingin menghadapi godaan-godaan ini, maka cepat-cepat mengajak mereka
bermain kartu, karena kalau dilanjutkan godaan mereka itu, tentu dia takkan kuat
lagi bertahan! Sudah timbul keinginan keras di hatinya untuk merangkul dan
mendekap mereka, menciumi bibir yang merah dan lincah itu!
"Eh, untuk apa arak ini?" katanya setelah Si Baju Merah menuangkan secawan
arak yang berbau wangi. "Hi-hik, bermain thioki tanpa taruhan tidak
menyenangkan. Siapa kalah harus menebus kekalahannya dengan minum
secawan arak wangi!" kata Si Baju Hijau.
Meeka mulai bermain thioki sambil bercakap-cakap dan bersendau gurau, atau
lebih tepat lagi, kedua orang gadis itu yang bercakap-cakap dan bersendau gurau
411