Page 454 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 454

Kembali Pat-jiu Mo-kai terkejut. Bocah itu, putera The Kwat Lin, tidak lebih

               dianggap seperti bocah biasa, dan tentu telah memiliki kepandaian tinggi pula,

               maka kata-katanya tidak boleh dianggap kosong belaka. Lenyaplah keraguannya

               dan dia berkata kepada The Kwat Lin, "Memang sesungguhnya aku sendiri dan

               Tan Goan Kok merupakan orang-orang yang diutus menguji kepandaian Toanio,

               apakah kami boleh maju bersama menghadapi kelihaian Toanio?"


               Dengan  sikap  tak  acuh  The  Kwat  Lin  berkata  sambil  menggerakan  tangan

               kirinya, "Majulah, jangan sungkansungkan!"

               Tan  Goan  Kok  yang  berwatak  kasar  itu  melompat  ke  depan.  "Hemm,  tentu

               Nyonya rumah memiliki kelihaian yang luar biasa maka menantang kita maju

               berdua, Pat-jiu Mo-kai!" Patjiu Mo-kai mengangguk-angguk. "Hati-hatilah, Tan-

               sicu." Mereka berdua lalu memasang kuda-kuda di sebelah kanan kiri The Kwat

               Lin.  Pat-jiu  Mo-kai  memegang  tongkat  butut  dengan  tangan  kanan  seperti


               memegang sebatang pedang, tongkat itu menuding ke depan dari dadanya, lurus
               ke depan, sedangkan tangan kirinya menjaga di depan pusar, kedua kaki ditekuk


               sedikit, agak merapat di depan dan belakang. Tan Goan Kok memegang toyanya
               dengan kedua tangan, kudakudanya kuat sekali, kokoh seperti batu karang dan


               toya di kedua tangannya itu sedikit pun tidak bergoyang. Melihat dua orang itu
               sudah memasang kuda-kuda, The Kwat Lin lalu mencabut pedangnya, yaitu Ang-


               bwe-kiam  dan  melangkah  maju  sambil  berkata,  Nah  silahkan  kalian  mulai!"

               "Kami adalah tamu-tamu dan kami maju berdua, tidak pantas kalau kami mulai,

               silahkan Toanio mulai," kata Pat-jiu Mo-kai yang tidak mau membuka serangan

               karena dia ingin lawan maju menyerang lebih dulu agar dia atau temannya dapat

               mengacaukan  pertahanan  lawan  dengan  serangan  mendadak.  The  Kwat  Lin

               tersenyum, maklum akan siasat kakek jembel itu. "Nah, sambutlah!" teriaknya

               dan Pat-jiu Mo-kai kecele kalau hendak melanjutkan siasatnya karena tiba-tiba

               pedang itu lenyap bentuknya, berubah menjadi sinar yang menyambar ke arah

               mereka  seperti  kilat  cepatnya  sehingga  sekali  bergerak,  pedang  itu  telah




                                                           453
   449   450   451   452   453   454   455   456   457   458   459