Page 504 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 504

Ouw  Sian  Kok  yang  mendengar  ucapan  itu,  terkejut  sekali  dan  cepat  dia

               memandang.  Ketika  melihat  seorang  kakek  berpakaian  sederhana  tambal-

               tambalan, bertopi caping lebar nelayan, memegang tangkai pancing dari bambu

               dan dipinggangnya tergantung sebuah kipas bambu, dia cepat memandang wajah

               kakek itu dan melihat wajah yang sudah tua akan tetapi dengan sepasang mata

               yang tajam penuh wibawa. Tahulah dia bahwa dia berhadapan dengan seorang

               kakek yang lihai, maka otomatis dia mengira bahwa tentu ini merupakan seorang

               tokoh kang-ouw yang menjadi kaki tanan An Lu Shan pula. Maka lebih baik turun

               tangan lebih dulu sebelum lawan tangguh ini mendahuluinya, pikir Ouw Sian

               Kok.  "Sudah  tua  bangka  masih  banyak  pamrih  mencampuri  urusan

               pemberontakan!"  bentaknya  dan  pedangnya  mengeluarkan  sinar,  lenyap

               bentuknya  berubah  menjadi  sinar  bergulung-gulung  ketika  dia  meloncat  dan

               memutar  senjata  itu  menyerang.  Dengan  tenang  kakek  itumenghadapi

               penyerangan ini, sikapnya seperti seorang tua menghadapi seorang anak yang

               nakal.


               Karena menduga bahwa kakek itu tentu amat lihai, maka Ouw Sian Kok tidak

               bersikap  tanggung-tanggung  sekali  ini,  pedangnya  meluncur  dengan  amat

               cepatnya dan dia membuka serangan. Akan tetapi tiba-tiba kakek itu memutar

               pancingnya  dan  terdengarlah  suara  bersuitan  nyaring  sekali.  Ouw  Sian  Kok

               bersikap  waspada  dan  ketika  tangkai  yang  terbuat  dari  bambu  panjang  itu

               menyambar ke depan menyambutnya, dia cepat menggerakan pedangnya yang

               ampuh dengan mengerahkan tenaga sinkang untuk membabat putus bambu itu.

               Namun, bambu itu seperti hidup bergerak mengikuti sinar pedangnya, berkejaran

               dengan sinar pedangnya tidak pernah tersentuh, dan tahu-tahu Ouw Sian Kok

               merasa  betapa  tubuhnya  terangkat  ke  atas.  Ternyata  bahwa  ketika  kakek  itu

               memutar  bambu  yang  menjadi  tangkai  pancing,  tali  pancingnya  berputaran

               sedemikian cepatnya sampai tidak tampak karena tali itu kecil saja, dan tahu-tahu

               mata pancing itu telah mengait punggung baju Ouw Sian Kok sehingga seolah-

               olah Ouw Sian Kok dijadikan "ikan" yang terkena pancing!


                                                           503
   499   500   501   502   503   504   505   506   507   508   509